Lihat ke Halaman Asli

Kesabaran Pak Danil dan Ibu Sunti Dalam Menjaga Karunia Allah

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah keluarga kecil di desa dimana tempat aku dilahirkan, dibesarkan, dan aku bersosialisasi. Mereka adalah keluarga tetanggaku yang dua dari ke-4 anak-anaknya adalah termasuk golongan dari anak yang terganggu perkembangan fisik dan psikisnya. Sudah ku jumpai beberapa orang terdekat dalam kehidupanku yang memang mengalami gangguan dalam perkembangan mereka. Mereka adalah 2 anak tetanggaku dan 1 sepupuku dari keluarga bapak. Memang tak dihiraukan lagi, bahwa merawat orang yang abnormal adalah sangat berbeda tingkat kesulitannya dibandingkan dengan merawat anak yang normal dalam perkembangannya.

Ku amati, setiap mata ini berada tepat dihadapan bapak Daniel dan ibu Sunti. Aku sungguh kagum dan ta’jub dengan mereka. Ketelatenan mereka dalam merawat anak-anaknya sangatlah tanggap dan penuh kesabaran. Padahal mereka hanyalah keluarga kecil yang tak begitu mampu dan sangat sederhana dibanding dengan tetangga-tetangga sekelilingnya di kampungku. Ibu Sunti hanyalah seorang pencuci baju tetangga-tetangga. Dan bapak Daniel yang merawat anak-anaknya. Mereka berdua adalah ibarat orang tua yang tertukar kewajiban dan pekerjaanya. Tapi tak apa dan bukan masalah menurutku. Karena aku pikir yang terpenting buat mereka adalah anak-anak mereka berhasil dalam proses belajar dan bersosialisasi.

Aku juga bangga akan usaha mereka dalam mendidik dan merawat anak-anaknya. Karena sampai saat ini mereka masih sabar dan kuat untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga taraf kewajiban menuntut edukasi. Mulai dari anak mereka yang normal sampai yang mempunyai gangguan dalam proses perkembangannnya. Walaupun mereka adalah orang-orang dari kalangan yang berekonomikan menengah kebawah, mungkin jika saat ini bisa dikatakan miskin. Tapi, aku sungguhlah sangat kagum dengan pengorbanan dan kesabaran mereka dibandingkan dengan orang-orang yang dikatakan berekonomikan menengah keatas atau kaya istilahnya, akan tetapi kesabaran dalam mengurus anak sangatlah miskin. Sehingga mungkin terkadang gagal dalam mendidik anaknya menjadi pribadi yang baik budi pekertinya.

Aku berfikir dan mengamati cermat, bahwa kedua ananknya, sebut saja Dani dan Mirnanda itu perkembangannya tidak sitematis dan progresif. Tidak sistematis karena keduanya tidak bisa memfungsikan otot-ototnya untuk bergerak dengan baik, sehingga fungsi kedua kaki mereka sangatlah lemah dan tidak bisa difungsikan untuk berjalan. Tidak progresif, karena mereka mempunyai gangguan fisik(jasmani) dan psikis(rohani). Jasmani mereka sangatlah lembek dan lemas untuk digerakkan, mata mereka juga tidak dapat difungsikan untuk melihat lingkungan sekitar dengan baik dan tepat selayaknya(Kero, penyebutan bahasa Jawanya), dan psikis mereka juga terganggu sehingga kemampuan berbicara dan berkomunikasi dengan sekitar lambat dan tertinggal. Aku juga berpikir bahwa juga ada beberapa faktor yang menyebabkan terganggunya perkembangan dua anak bapak Daniel dan ibu Sunti adalah bukan karena hereditas/genetik atau faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan manusia, melainkan faktor kondisi lingkungan baik pre natal, natal, dan post natal. Karena mungkin sebelum kedua anak bapak Daniel dan ibu Sunti dilahirkan, kesehatan, ibu Sunti kurang baik dan maksimal, gizi yang diperoleh kurang cukup, karena mungkin juga karenaketerbatasan biaya yang mungkin bagi mereka juga sangatlah sulit dijangkau, serta sampai menyebabkan ketegangan emosi bertambah dan melunjak hingga berimbas pada kedua anaknya tersebut. Dan serta ketika masa natal(melahirkan), pengobatan yang dijalani juga berkurang. Sehingga tdak menutup kemungkinan setelah anak-anak mereka lahir, mereka kurang peka dalam memperhatikan gizi, penyakit-penyakit yang nantinya akan muncul dan menjangkit jasmani anak-anak mereka. Karena mungkin bagi mereka waktu mereka hanyalah mencari uang untuk menjalani kehidupan dan memenuhi kebutuhan hidup mereka dan anak-anak mereka. Sehingga perhatian dalam gizi anak dan penyakit yang menjangkit itu sangatlah minim.

Tapi walaupun seperti itu keadaan realnya, bagiku mereka adalah orang tua yang teguh dan pantang putus asa walaupun Allah mengaruniakan mereka keturunan yang kondisi fisik dan psikisnya tidak normal. Mereka tetap mempunyai angan-angan untuk menjadikan anak-anak mereka orang yang berintelegensi tinggi dalam segala hal. Serta mereka tetap berpedoman bahwa segala hal sesuatu baik normal atau tidak pasti tersimpan keistimewaan tersendiri di dalamnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline