Lihat ke Halaman Asli

Iriany Hasan

Guru Kimia SMAN 2 Kota Ternate juga Duta Rumah Belajar Kemdikbud

Meraih Mimpi bersama Dogmit

Diperbarui: 6 Oktober 2019   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dokpri

Saya adalah guru di salah satu sekolah yang berada di kawasan timur Indonesia khususnya di Maluku Utara. Sekolah kami merupakan sekolah yang telah melaksanakan kurikulum K13 dan berlaku sejak tahun 2014 secara bertahap. 

Sebagai guru kimia hal ini merupakan tantangan tersendiri mengingat siswa yang menjadi peserta didik di sekolah kami ini memiliki karakter, latar belakang dan kemampuan  ekonomi yang berbeda-beda. 

Tantangan terbesar saya sebagai guru kimia di kelas adalah memberikan pelayanan pembelajaran yang kreatif dan inovatif agar siswa dapat  belajar kimia bersama saya dan melalui kimia  mampu membangkitkan kemampuan imajinatif, berpikir kritis, berpikir kreatif , serta rasa penasaran mereka setiap hari tentang belajar  kimia.

Ilmu kimia merupakan objek kajian yang berkaitan dengan materi dan memiliki sifat konsep abstrak (mikrokonsep) ,simbolik, maupun makrokonsep. Dari setiap tulisan refleksi hasil belajar siswa yang saya baca ternyata siswa mengalami kesulitan belajar kimia karena sebagain besar mereka berpendapat bahwa kimia itu dalah pelajaran menghapal karena banyak konsep kimia yang   bersifat abstrak dan sulit diterjemahkan ke dalam pemahaman dan cara berpikir mereka. 

Misalnya siswa masih kesulitan  membedakan antara ikatan ion dan molekul. Siswa sulit membedakan antara bentuk-bentuk  molekul dari suatu senyawa ditinjau dari ikatan kimia atom atau senyawa tersebut. Siswa juga sangat kesulitan membaca simbol-simbol kimia. Mereka sulit menuliskan sebuah persamaan reaksi dan menyelesaikannya. 

Di sisi lain pembelajaran kimia juga merupakan pembelajaran praktikum yang menganjurkan pembelajaran berbasis bukti dan proses. Namun keterbatasan sarana dan prasarana laboratorium kimia di sekolah maka tak jarang pembelajaran kimia dilakukan guru secara  apa adanya. Hal inilah yang menyebabkan mata pelajaran kimia masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan .

Pembelajaran kimia yang bermakna dapat diselenggarakan melalui berbagai strategi. Salah satu strategi yang harus kita coba  adalah melalui pembelajaran berbasis teknologi. Sebagai guru profesional  yang akan menyiapkan generasi 4.0 maka  sudah menjadi hal yang mutlak bahwa guru harus memiliki keterampilan   melek  teknologi digital.  

Guru di abad desruptif  dan perkembangan informasi yang begitu cepat ini  harus mampu menjadi bagian integral dan memainkan peran penting dalam rangka pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Untuk itu guru harus mampu meningkatkan kompetensi diri baik kompetensi pedagogik,kepribadian, sosial maupun profesional secara berkesinambungan dan up to date.

Saya termasuk guru yang selalu berpikir tentang kemajuan belajar siswa dan bagaimana membangun  skill mereka melalui belajar kimia. Saya ingin menghadirkan pemikiran dan cara baru dalam belajar kimia  sehingga para siswa dapat belajar kimia secara menyenangkan dan proses belajar kimia dpat membangun skill siswa terutama  cara berpikir  kreatif dan kritis dalam menyelesaikan masalah dalam hidup dan kehidupan mereka. 

Sebagai guru kimia saya ingin membuat kelas saya penuh dengan tantangan dan inovatif dengan  karya peserta didik. Pembelajaran kimia yang saya rancang harus sesuai dengan kebutuhan siswa .

Pelatihan guru secara konvensional melalui tatap muka  selain memakan banyak biaya juga sangat jarang menyentuh semua guru terutama kami di Indonesia timur.  Sejak tahun 2016 saya bergabung di Diklat Online Guru Melek IT . Saya bergabung dalam diklat ini melalui akun facebook . 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline