Lihat ke Halaman Asli

PC IMM KABUPATEN SIDRAP

ARTIKEL BERITA YANG MEMUAT TERKAIT POSTINGAN SOSIAL, SPIRITUAL, LITERASI, OPINI DAN LAINNYA

Filtrasi, Informasi dan Dakwah

Diperbarui: 18 Agustus 2022   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dokpribadi

IMMawati Jumarni

(Presiden Mahasiswa BEM FAST UMS Rappang)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima, bahwa Filtrasi mempunyai arti yang sederhana yakni penyaringan. Dari segi sains, maka filtrasi dapat kita berikan contoh pada Pemisahan Material Padat dan Cairan dengan Melewatkan (zat pengganggu, penghambat) pada Penyaring atau Penapisan. Adapun arti sederhana dari informasi, yakni pemberitahuan ataupun kabar berita tentang sesuatu. Dapat pula diartikan sebagai tanggungjawab yang wajib untuk disampaikan kepada khalayak yang menjadi sasaran komunikasi yang mempunyai nilai, penting, makna serta mengandung manfaat. Untuk orang lain dan diri sendiri. Sedangkan arti dakwah adalah ajakan, seruan, panggilan untuk melakukan kebaikan. Bisa kita berikan sedikit contoh dalam kehidupan sehari-hari, yakni suara adzan yang sering terdengar dari pengeras suara masjid-masjid dekat rumah apabila sudah memasuki waktu shalat. Suara adzan berarti panggilan untuk melaksanakan kebaikan, karena melaksanakan shalat merupakan kebaikan. Yang mendengar tentu itu adalah telinga, tidak mungkin itu adalah mata. Kata adzan berasal dari Bahasa Arab yakni Udzunun yang berarti telinga. Jadi sudah dapat disimpulkan bahwa yang mendengar adalah telinga, bukan mata.

Melihat realitas kehidupan yang ada saat sekarang ini bahwa media berkembang dengan sangat pesat. Tentu tidak menjadi hal yang mengherankan dan sangat dini lagi bagi kita, khususnya kita yang konon adalah generasi millenial, tahu segala hal diatas hal, yang terkadang membuat diri merasa tahu semuanya dan orang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang kita punya. Tanpa merasa sadar bahwa apa yang menjadi keunggulan, kecakapan, potensi yang ada dalam diri hanyalah sebuah titipan bersifat semu dan menipu. Tidak ada ide ataupun kemampuan bawaan, karena sebuah hakikat bahwa semua manusia yang lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa (Laa ta'lamuuna syai'a).

Penting untuk dipahami bahwa hidup kita sekarang ini sudah bisa dikatakan hidup sebagai layaknya seekor "bunglon" yang mampu menyesuaikan diri dari setiap lingkungan, mampu untuk kemudian berkamuflase. Tidak hanya itu, manusia sekarang juga bisa di cap dengan sebutan "makhluk amfibi" yang hidup di dua alam, alam nyata (bawah sadar) dan alam dunia maya (media sosial). Apakah kita merasakan dan tahu dengan kondisi hidup kita sekarang ini?. Sangat bersyukur apabila ada yang merasa dan tahu, bagi yang belum merasa dan tahu maka jangan risau, mari kita coba untuk sedikit belajar bersama agar kita bisa mengetahui secara bersama pula. Sedikit penjelasan terkait apa itu filtrasi, informasi dan dakwah sudah terlewati, maka saatnya untuk melakukan afiliasi dari ketiga kata yang ada (filtrasi, informasi dan dakwah).

Dalam menyampaikan sebuah informasi penting untuk terlebih dahulu di filtrasi (saring) dengan baik sebagai bentuk upaya menghindari gangguan ataupun hal yang kurang mengenakkan. Informasi yang tidak melalui tahap penyaringan, tidak jarang akan menimbulkan mudarat yang akan berakibat fatal dan merugikan. Tidak hanya kepada orang lain, tetapi lebih ke diri sendiri. Banyak yang terjadi secara tidak sadar menyebarkan aib diri sendiri, yang sebelumnya tidak diketahui orang banyak justru diberi tahu, yang sebaiknya disimpan dengan rapi untuk dicarikan solusi justru seakan diperlihatkan layaknya produk obral yang dipasarkan dengan tujuan ingin menarik simpati orang lain, ingin diberikan bentuk kepedulian dan perhatian.

Penting media dijadikan sebagai tempat untuk berdakwah, bukan tempat untuk mengadu nasib apalagi menyuarakan kebencian. Dalam bentuk ketikan teks ataupun potret gambar di media sosial namun menyebabkan perselisihan di dunia nyata. Permasalahan seperti ini tentu membutuhkan solusi, yakni menetralisir keburukan dengan cara kebaikan. Jikalau lisan belum mampu berucap langsung untuk menyampaikan kebaikan, maka ada ponsel pintar dan akun media sosial yang bisa dimanfaatkan untuk menebar dakwah (ajakan kebaikan). Media sangat pintar, maka pengguna juga harus ikut pintar.

Mengenal diri sendiri itu penting. Manusia merupakan makhluk yang diciptakan dalam keadaan sempurna, istimewa, dikarunia akal yang bisa digunakan untuk berfikir jernih. Tidak seperti binatang ataupun hewan piaraan kesayangan yang hanya mampu mempertimbangkan hal untuk jangka pendek saja, tetapi tidak dengan jangka panjang. Tidak mampu menjadikan masa lalu sebagai kaca spion untuk sedikit melihat dan berkaca kembali untuk dijadikan pelajaran. Tidak ada guna apabila melakukan kesalahan kembali seperti apa yang telah lalu. Betapa istimewa dan sempurna makhluk yang bernama manusia, mampu untuk mengambil pelajaran dengan segala potensi fikir yang dimiliki.

Harap dan pinta mari kita menjadi pribadi yang bisa lebih bijak dan masuk akal dalam berfikir terhadap setiap hal yang dilakukan dan keputusan yang ditetapkan. Penting menjadi sebuah pertimbangan mengingat hidup akan terus berlanjut selama Tuhan belum berkehendak untuk benar-benar memanggil kita pulang sebagai bentuk bahwa Tuhan itu Maha Penyayang. Mencari sebuah hidayah dan petunjuk untuk terus menebar kebaikan merupakan sesuatu hal yang penting meski hanya sekadar melalui media yang mungkin saja akan dilewatkan dan tidak dihiraukan begitu saja oleh khalayak orang karena beranggapan bukan merupakan suatu hal yang penting. Namun tidak menjadi sebuah persoalan dan permasalahan, karena sejatinya memang tidak semua orang menyukai kebaikan dan kebenaran. 

Setiap kita berhak dan bebas memilih sesuai dengan minat dan kesukaan. Tetapi tetap menjadi sebuah kemutlakan bahwa ada satu hal yang harus dipegang dengan teguh, sepenuh hati dan tidak boleh dilewatkan, yakni menebar dan menyampaikan suatu kebaikan. Setiap kita adalah orang yang baik. Hanya saja terkadang ada hal yang berpotensi menggerogoti dan membuat layu kebaikan yang kita miliki sehingga berujung membuat kita lalai dan bahkan lupa dengan Sang Pencipta, maka itulah yang membuat kita menjadi tidak baik. Kita semua terlahir baik, tidak ada yang keliru dan salah karena Tuhan yang berikan. Manusia adalah makhluk terbaik yang diciptakan Tuhan ke dunia.

Menyampaikan sebuah kebaikan merupakan tugas dan kewajiban bagi setiap kita yang mengakui diri sendiri sebagai manusia yang berakal, yang mengaku sanggup untuk memanusiakan manusia lain sebagaimana diri kita yang pula ingin dimanusiakan oleh manusia lain. Ada sebuah petuah yang mengatakan bahwa "Hargailah diri sendiri terlebih dahulu sebelum ingin dihargai oleh orang lain. Hargailah orang lain terlebih dahulu sebelum ingin dihargai oleh orang lain". Namun yang pasti tidak harus menunggu dan menjadi perfek untuk menyampaikan dan menebar kebaikan (dakwah).

"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin". (Q.s Az-Zariyat [51]:55).

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri". (Q.s Al-Isra' [17]:7).

"Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah". (Q.s Ali-Imran [3]:110).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline