Lihat ke Halaman Asli

irhash insaniy

22107030121_UIN SUNAN KALIJAGA

Memahami Lebih Dalam Apa Itu Generasi Alpha

Diperbarui: 16 Juni 2023   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apakah keluarga kakian ada yang termasuk generasi alpha? Atau anak kalian? Sudah taukah apa itu generasi alpha? Yuk bahas bersama. Generasi Alpha adalah anak dari Generasi Millenials dan adik dari Generasi Z. Kelompok yang masuk ke dalam generasi ini adalah mereka yang lahir di tahun 2010 sampai 2025. Sebutan Generasi Alpha muncul pada tahun 2005, nama ini ditentukan dari hasil survey yang diadakan oleh Mark McCrindle, seorang analis sosial dan demografi. Generasi alpha dapat dikatakan sebagai generasi yang paling akrab dengan kecanggihan teknologi. Di usia yang masih sangat dini, mereka sudah mengenal gawai, ponsel pintar, dan berbagai kecanggihan teknologi lainnya. Generasi alpha mengintegrasikan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi teknologi pada kehidupan sehari-hari ini sangat memengaruhi karakteristik mereka sebagai individu. Generasi Alpha sangat membutuhkan peran dan kasih sayang lebih dari orang tua. Butuh strategi khusus untuk mendidik anak yang terlahir pada generasi ini agar mereka tumbuh menjadi anak yang mahir dalam teknologi akan tetapi tetap menghargai dan mempertahankan nilai-nilai keluarga. Teknologi sekarang ini merupakan hal yang sangat berpengaruh di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan anak-anak. Apalagi seiring dengan maraknya teknologi informasi seperti handphone, internet, android, facebook, twiter, instagram, youtube, whatsapp dan sejenisnya membuat anak-anak semakin mudah mengakses informasi. Memang harus diakui bahwa perkembangan teknologi sebenarnya merupakan hal yang patut disyukuri, mengingat perkembangan teknologi ini bisa mempermudah kehidupan umat manusia. Namun, juga diakui bahwa dampak perkembangan teknologi tersebut juga bersifat negatif dan destruktif. Padahal tidak semua informasi yang disebarkan oleh produk-produk teknologi tersebut berisi hal-hal yang bagus, kadang justru menyebarkan hal- hal yang buruk, dalam berbagai bentuknya, termasuk dalam bentuk gambar dan video. Seperti gambar atau video erotis, bertengkar dan sebagainya. Gambar-gambar yang dilihat oleh anak-anak bisa mempengaruhi tingkah laku. Era digital ditandai munculnya fenomena sosial yang berbeda dengan zaman sebelumnya. Kehidupan telah beralih kedunia cyber crime (kejahatan dunia maya) yaitu kejahatan yang dilakukan seseorang dengan memanfaatkan internet dalam berbagai bentuk seperti hacking, cracking, pornografi, dan sejenisnya dengan segala konsekuensinya. Anak generasi digital, memegang smartphone dulu baru mengenal sekolah. Mereka kelak akan terprogram lebih banyak menyimpan diri di kamar. Ramai di tengah kesepian, mereka terhubung ke dunia virtual. Para pendatang baru dunia digital lebih piawai membuka halaman buku. Anak kandung zaman digital piawai menggeser jari dengan layar gawa. Saluran pengalaman yang dibawa sejak lahir akan menerima dan act upon stimulus lingkungan (tergerak untuk berbuat, motivated). Makin dini stimulus yang diberikan, makin banyak peluang untuk belajar menjadi perolehan pengalaman hidup. Belajar yang terjadi dengan interaksi keluarga itu adalah penyesuaian diri pada lingkungan, dalam hal itu terutama lingkungan keluarga, dan adaptasi pada situasi baru dengan kemungkinan memodifikasinya. Pada manusia yang belajar ia menimbulkan tingkah laku baru, yang mungkin juga bisa menjadikan lingkungan berubah. Interaksi dan komunikasi dengan lingkungan keluara inilah pada hakikatnya yang ikut menentukan arah dari perkembangan anak, yaitu peluang keserasian belajar pada setiap masa peka. Di era digital seperti saat ini, sebenarnya bukan hanya anak zaman sekarang yang perilakunya beda dengan anak-anak pada zaman dulu. Ternyata, orang tua zaman sekarang pun memiliki perilaku yang berbeda dengan orang tua zaman dulu. Puluhan tahun lalu, fasilitas pendukung dalam mengerjakan tugas rumah tangga belum secanggih sekarang sehingga orang tua mengerjakan banyak hal sendiri dan secara apa adanya. Pola asuh orang tua sering digantikan oleh gadget, media, dan sekian banyak instrument teknologi. Memang kehadiran media dan teknologi dapat mempermudah, serta membantu hidup orang tua dalam mengasuh anak.Namun, jika dilakukan secara berlebihan ada proses alami dalam pola asuh orang tua yang tergantikan. Salah satu pengaruh positif penggunaan internet terhadap anak adalah menunjang materi belajar. Saat teknologi internet digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab, anak dapat mengakses banyak sumber informasi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan akademik.11 Selain itu anak dapat mengembangkan minat bakat melalui internet serta meningkatkan rasa percaya diri. Memiliki minat dan bakat bagus untuk mengembangkan keterampilan anak. Namun, perlu diingat bahwa anak tetap di batasi dalam penggunaan perangkat digital. Anak butuh jam tidur yang cukup saat malam hari. Saat mereka bangun pagi pasti suasana hatinya buruk, mengantuk di sekolah sehingga pelajaran yang diserap otak tidak akan optimal sehingga menimbulkan dampak negatif. Sama halnya dengan manajemen waktu bermain, dan jenis permainan perlu menjadi perhatian setiap orang tua. Perkembangan teknologi dan pembangunan yang semakin pesat dari tahun ke tahun membuat para orang tua juga merasa harus menyesuaikan perkembangan anak nya agar tidak di cap ketinggalan oleh lingkungan. Sudah bukan hal yang baru lagi jika melihat anak-anak menenteng gadget mahal untuk menghabiskan waktu nya. Aktifitas di luar rumah pun semakin berkurang, sehingga anak akan mengalami ketergantungan terhadap teknologi dan kesadaran terhadap lingkungan semakin hilang. Mereka dilahirkan di era digital, dimana perangkat teknologi berada pada tingkat kecerdasan yang tinggi. Lingkungan fisik dan digital saling terhubung menjadi satu. Ketika mereka tumbuh dewasa, teknologi telah menjadi bagian hidup mereka akan membentuk pengalaman, sikap, dan harapan mereka terhadap dunia. Beberapa ahli saraf dan psikolog bahkan percaya bahwa pola pikir mereka akan

berbeda dari generasi sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline