Lihat ke Halaman Asli

Ircham Arifudin

Kompasianer Brebes Club (KBC-53): penulis receh sekaligus penikmat kopi tanpa gula

Jagalah Saudaramu (2)

Diperbarui: 18 Juli 2021   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selagi mereka ada, dalam keadaan apapun, JAGALAH MEREKA, JAGALAH SAUDARAMU.

Saudara adalah adalah satu darah dan satu nyawa dengan kita, kita adalah satu dari benih dan rahim yang sama, dari orang tua yang sama. Sehingga dalam keadaan apapun, kita harus hidup rukun dengan saudara kita. Kalau istri/suami kita adalah belahan jiwa kita, tetapi tidak dengan kakak/adik (saudara) kita, mereka (saudara) kita yang tidak bisa dibelah, karena kita dan mereka berasal dari darah dan nyawa yang sama.

Kita dan saudara kita dilahirkan dari ibu dan/atau bapak yang sama, maka darah mereka juga sama dengan darah kita. Sudah sepatutnya saling mengingatkan, saling membantu, saling bergandengan tangan dengan erat. Karena tanpa kita tahu, sesungguhnya saudara kita akan selalu mendoakan yang terbaik bagi kita dan dirinya.

Hubungan saudara itu laksana dahan pohon, masing-masing mempunyai nasib dan rezeki yang berbeda namun berada pada satu pohon dan masih sama akarnya. Meskipun saudara kita hidup jauh secara geografis, namun tetap akan saling bersatu dan memerlukan sampai kapanpun.

# Mangan Ora Mangan Sing Penting Kumpul

Ada filsafat Jawa yang mengatakan: “Makan tidak makan yang penting kumpul.” Jangan mengartikannya secara leterlek, karena kalau kita mengartikan filsafat tersebut secara leterlek, maka untuk kondisi saat ini kurang pas/kurang bijak.

Kumpul disini diartikan bahwa rumah kita dengan saudara kita tidak harus kumpul dalam satu kampung (kalau memungkinkan, semakin dekat rumah kita dengan saudara kita, itu akan lebih baik), meski demikian yang lebih utama adalah kita dianjurkan untuk sering-sering mengadakan pertemuan/kumpulan dengan saudara-saudara kita dan keluarganya.

Intinya, kumpul bersama keluarga dan sanak saudara jauh lebih berharga dan penting daripada sesuap nasi. Filosofi Ini pila yang dijunjung tinggi dan dijadikan pedoman bagi masyarakat Jawa untuk lebih mementingkan urusan keluarga daripada urusan pribadi.

# Nglungguhi klasa gumelar – mikul dhuwur, mendem njero

Nglungguhi klasa gumelar berarti menduduki tikar yang sudah digelar atau seseorang yang mendapatkan sesuatu tanpa bersusah payah, dia mendapatkan sesuatu dari orang tuanya, seperti: warisan, ilmu, bidang usaha, kekayaan, dan lainnya.

Sementara mikul dhuwur, mendem njero berarti anak perlu menjunjung tinggi kebaikan orang tua serta mengubur dalam-dalam keburukan (aib) orang tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline