Ketika Sandi Uno pertama kali muncul dalam deklarasi capres - cawapres, yang pertama diucapkannya adalah "partai emak-emak".
Keliatan tidak nyambung sama sekali karena tidak ada partai emak emak dan sepertinya diluar konteks karena buat apa membicarakan emak emak di momen pendeklarasian. Bahkan Prabowo terlihat tercengang mendengarnya. Di saat dia dengan lantang meneriakkan jargon anti asing dengan enteng Sandi melontarkan jargon remeh temeh emak emak.
Tapi jangan keliru, sebenarnya saat itulah Sandi sudah menetapkan "standing point" dimana dia berencana mendapatkan lumbung suara. Sandi paham betul bagaimana memanfaatkan keuntungan yang dia miliki. Meskipun kerjanya selama menjadi Wakil Gubernur 8 bulan hanyalah omong kosong dan lelucon, dia mafhum betul yang paham itu hanyalah masyarakat perkotaan.
Masyarakat diluar kota besar yang tidak akrab dengan media sosial dan hanya mengikuti perkembangan sekilas dari televisi adalah target suaranya, ya emak emak itu. Itu juga kemudian yang digemakan oleh koalisi Prabowo seperti Zulkifli Hasan yang sekali lagi melontarkan jargon emak - emak dalam sidang MPR.
Ketidakmampuan lawan lawan politik Jokowi menjatuhkan dengan isu korupsi menjadikan mereka harus masuk dari "entry point" yang berbeda. Pertama dengan isu SARA, seperti yang sudah dilakukan pada Pilkada DKI, dengan menuduh PKI atau mendukung penista agama. Kedua, dengan isu ekonomi.
Lawan politik Jokowi menggarap isu bahwa pembangunan infrastruktur tidak menyentuh rakyat kecil. Harga bahan-bahan pokok naik, listrik, gas, dan bbm akan selalu jadi isu yang selalu hangat utk dihidangkan. Dan yang paling banyak merasakan hal ini adalah pengatur ekonomi keluarga, yakni para emak - emak. Yang perlu diingat adal 69,71 juta rumah tangga di Indonesia yang berarti itulah perwakilan suara emak-emak.
Selain itu, Sandi juga memanfaatkan kemudaan usianya dan penampilan fisiknya yang mungkin memukau emak-emak. Dalam salah satu colongan kampanyenya saat perayaan kemerdekaan lalu di Jalan Jaksa dimana Sandi datang dan ikut berlomba balap karung, terlihat belasan emak-emak berebut berfoto dengannya sambil berteriak, "Pak Sandi Ganteng", "Wapres Ganteng".
Jadi jargon emak - emak adalah stategi Sandi memanfaatkan kelebihan yang dia miliki dalam Pilpres kali ini. Strategi ini didukung pula oleh emak-emak dari simpatisan PKS dan membentuk emak-emak militan, seakan-akan betul banya emak-emak yg mendukung Sandi.
Semoga emak-emak diluar sana sudah lebih pintar dalam memilih dan koalisi Jokowi - Maruf Amin dapat membaca dan meng-counter strategi lawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H