Lihat ke Halaman Asli

Di Sini Bisa Tidur Nyenyak, Ternyata di Sana Sedang Diuji oleh Allah

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini bisa tidur nyenyak, ternyata di sana sedang diuji oleh Allah. Hati ini selalu mendoakan, jiwa ini siap bergerak, ustad!

Malam itu, curah hujan memang sedang tak terkendali, kadang rintik-rintik kadang sangat lebat kadang berhenti sejenak. Ya, intensitas cuaca yang tak bisa ditebak.

Yang pasti hal tersebut membuat sebagian tempat tinggal di berbagai daerah terendam air, meluap dari bantaran sungai atau kali setempat.

Ada kisah seorang pemuda yang tiba-tiba menanyakan kabar kondisi terkini kediaman guru-gurunya, ia memastikan apakah air yang turun dari langit mampir ke rumah mereka atau tidak, semoga tidak. Tentu di samping itu juga pemuda ini sambil mendoakan, semoga guru-guru dan keluarganya dalam keadaan sehat wal'afiyat.

Pemuda ini merasa sedikit aneh dan penasaran ketika mendapatkan kabar dari salah satu gurunya yang dikirim melalui pesan singkat (sms), "Alhamdulillah kondisi kami sehat wal'afiyat, semoga mas Ahmad (bukan nama sebenarnya) pun demikian. Alhamdulillah kami sedang menikmati air hujan yang masuk ke rumah". "Hah? Menikmati?" tanda tanya Ahmad dalam hatinya, itu pertanda rumah sang guru kebanjiran.

"Ustad, kalau begitu saya ke Rawa Lumbu (sebut saja nama daerah tempat tinggal sang guru di sana) sekarang". "Tidak usah mas, nanti merepotkan mas sendiri, insya Allah kami bisa mengatasinya, lagipula jalan menuju ke sini pun tidak bisa dilalui karena banjir", jawab sang guru, "Ya Allah.. Hatiku tidak tenang, jiwa ini merasa terpanggil untuk membantu ustad di sana, aku ingin bersamanya ketika ia sedang diberi ujian, meskipun ia bilang sedang menikmati itu semua, aku ingin berbakti kepadanya", renungan Ahmad dalam hati.

"Ustad, maaf, saya harus ke sana, tenaga yang seadanya ini semoga bisa membantu, walau sedikit", tekad kuat Ahmad di hatinya, dengan bijak sang guru menjawabnya pula, "Baik, kalau memang mas sudah berniat baik, silakan datang, tapi kalau di tengah jalan tidak bisa lewat karena banjir, tidak apa-apa mas balik ke rumah saja, insya Allah niat baik mas Ahmad sudah dicatat kebaikan". "Ya Allah, adem sekali balasan beliau, serasa diguyur hujan spiritual di atas kepala ini, alhamdulillah ternyata niat baik ini dianggap baik juga olehnya, bahagia rasanya", isi renungan Ahmad dalam hati.

Akhirnya Ahmad pun berangkat naik motor dengan memakai jas hujan dan atribut kendaraan lengkap lainnya menuju lokasi rumah sang guru.

Ternyata benar ucapan sang guru, ya, air menggenang sampai selutut bahkan sepinggang orang dewasa di lokasi tersebut, ditambah air hujan masih saja turun dengan lebat, "Ustad, Ahmad sudah sampai Rawa Lumbu, sepertinya motor Ahmad tidak bisa masuk ke lokasi", "Ya sudah, tak apa, mas Ahmad kembali saja, kami baik-baik kok di sini, tidak usah khawatir". "Ya Allah, ustad, Ahmad gak mau niat setengah-setengah, masa Ahmad lari dari ladang jihad", "Ya sudah, motornya mas Ahmad titip di masjid terdekat saja, bilang ke penjaga masjidnya kalau mas Ahmad itu saudara saya, maaf saya tidak bisa menjemput mas karena di rumah hanya ada isteri dan Husein (sebutlah namanya itu, anak bungsu ustad yang berumur tiga tahun)", "Ya ustad, Ahmad paham".

Motorpun akhirnya dititipkan, Ahmad berjalan menuju lokasi dengan celana digulung agak tinggi dan kedua sandal dipegang, sepertinya itu pengalaman pertama Ahmad turun ke lokasi banjir, Ahmad pun menikmatinya.

Akhirnya Ahmad sampai ke rumah sang guru, terlihat pelataran rumah sang guru agak tinggi, sengaja dibuat demikian agar terhindar dari banjir. Ternyata malam itu air tetap masuk, mungkin karena memang musimnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline