Sebuah peradaban, pasti akan menghadapi kehancuran atau keruntuhan. Kehancuran yang ada pada sebuah peradaban, sebelumnya akan ditandai oleh beberapa faktor-faktor, sebelum kehancuran itu benar-benar terjadi pada suatu peradaban.
Manusia tidak bisa mencegah atau menghentikan terjadinya kehancuran suatu bangsa atau peradaban, manusia hanya bisa memperlambat dan menutup sementara faktor-faktor penyebab-nya. Sejatinya kehancuran peradaban, merupakan hukum alam yang tidak bisa lawan oleh manusia.
Menurut Jared Diamond, seorang ilmuan dan pengarang buku ilmiah (Collapse) asal Amerika, mengatakan ada 5 point penyebab keruntuhan suatu bangsa. Kelima faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Kelima faktor itu adalah:
1. Pengaruh Manusia Terhadap Alam
Alam merupakan salah satu faktor penunjang berdirinya sebuah peradaban. Manusia yang dibekali akal fikiran, mencoba dengan berbagai macam cara untuk hidup dan beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Oleh manusia, alam dijadikan sumber dari kehidupan mereka. Dari alam, manusia akan mendapatkan makanan, pakaian, memproduksi alat senjata dari besi dan perunggu, dan juga membangun rumah untuk tinggal.
Jika point yang dikemukakan oleh Jared Diamond, disambungkan dengan keruntuhan Majapahit, akan adanya sebuah kecocokan. Majapahit merupakan sebuah kerajaan dengan tipe agraris semi komersil, dengan ibu kota kerajaan terletak di Trowulan, Mojokerto.
Kondisi alam di sekitar kerajaan memiliki tanah yang cukup subur, yang memungkinkan Majapahit memperoleh hasil alam yang melimpah. Negarakertagama pupuh 88, menyebutkan bahwa Raja Wilwatika (Majapahit) memerintahkan para pemimpin desa untuk merawat sawah dan ladang, dan dikerjakan secara baik.
Dalam Kakawin Siwatrikalpa baid ke-6, penyair menggambarkan secara detail sawah-sawah yang terhampar di Majapahit. Di sebelah barat terdapat bukit yang dipunggungnya, penuh dengan sawah-sawah. Halaman-halaman saling berdekatan, rapi berjajar, pohon-pohon nyiur semuanya berselimut kabut (Andrisijanti, 2014).
Kedua keterangan kedua kakawih tersebut didukung, oleh catatan Ma Huan, seorang China Muslim yang ikut bersama armada Cheng Ho, memberitakan bahwa Majapahit merupakan kerajaan penghasil beras yang dapat dipanen dua kali dalam setahun. Selain itu buah pisang, semangka, manggis, dan kelapa menjadi komuditas alam yang dihasilkan oleh Majapahit (Sen, 2010). Ma Huan sendiri datang ke Majapahit sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1413 Masehi dan 1431 Masehi. Dari kedatangan ini, Ma Huan tahu betul kondisi alam Majapahit.
Kondisi tanah yang subur, sehingga menghasilkan komuditas alam yang melimpah. Membuka peluang untuk Majapahit untuk terlibat dalam perdagangan. Hasil bumi dari sekitar kerajaan diangkut ke berbagai tempat untuk diperdagangkan, begitupun sebaliknya. Mengingat letak geografis Majapahit berada jauh dari laut, maka distribusi barang perdagangan dilakukan dengan cara pelayaran mengikuti aliran sungai Brantas, yang bermuara di Laut Jawa.