Lihat ke Halaman Asli

Irhamna Mjamil

TERVERIFIKASI

A learner

Saya, Kosmetik, dan Net-Zero Emissions

Diperbarui: 24 Oktober 2021   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Sampah dan bumi, Foto oleh MART PRODUCTION dari Pexels

Kayaknya masker wajah ini udah expired deh.

Perasaan baru kemarin beli body scrub ini tapi udah expired aja.

Saya pernah mengalami kejadian seperti ini. Membeli beberapa produk kosmetik, lalu menyimpan di meja rias hingga tanpa sadar tak terpakai dan berakhir di tempat sampah. 

Target Net-Zero Emissions (NZE) di masa depan. 

Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Paris pada tahun 2015 mewajibkan negara-negara industri dan maju mencapai net-zero emissions pada tahun 2050. Indonesia sendiri menargetkan net-zero emissions paling lambat tahun 2060. Net-zero emissions atau nol bersih emisi bukanlah artinya tidak memproduksi emisi sama sekali. 

Emisi sendiri tak bisa dihindarkan dari kehidupan manusia. Secara alami, manusia bernafas menghasilkan gas CO2 yang jika dikalikan dengan 7,8 miliar penduduk bumi, maka emisi dari nafas manusia berkontribusi 5,8% terhadap volume emisi karbon tahunan. 

Emisi adalah polutan sisa pembakaran yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Umumnya emisi dalam bentuk gas yang berasal dari sisa pembakaran kendaraan dan zat buangan dari industri.  

Secara alami emisi akan terserap oleh laut, tanah, dan pohon. Net-zero emissions artinya emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehingga tak ada yang menguap ke atmosfer. Penyerapan gas emisi ini perlu karena erat kaitannya dengan pemanasan global. Pemanasan global terjadi karena meningkatnya jumlah gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi. Gas-gas tersebut melampaui kemampuan dari pohon, tanah, dan laut untuk menyerapnya. 

Meningkatnya gas-gas di atmosfer ini berpengaruh terhadap pemanasan global. Secara alami, cahaya matahari menyentuh bumi, permukaan bumi akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi. Sebagian panas dari cahaya matahari ini akan dipantulkan kembali ke luar angkasa. Sayangnya karena keberadaan gas emisi tersebut di atmosfer, membuat panas yang dipantulkan kembali lagi ke bumi dan membuat suhu bumi lebih panas. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca.  

Sumber gambar : has-environmental.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline