Lihat ke Halaman Asli

Irhamna Mjamil

TERVERIFIKASI

A learner

Mengubah Titik Terendah Jadi Permulaan untuk Sukses

Diperbarui: 17 Oktober 2021   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Tatiana Twinslol dari Pexels

Ternyata Dihina itu Perlu. 

Tulisan ini terinspirasi dari tulisan Opa Tjip yang berkisah tentang masa lalunya memulai bisnis. Bedanya masa lalu saya tidaklah seberat demikian meskipun bagi saya tergolong berat. 

Dari umur 2 tahun saya tergolong anak yang cerdas. Setiap kerabat hingga tamu yang berkunjung ke rumah selalu memuji demikian. Berada di bangku sekolah saya pun tak pernah dihina. 

Nilai-nilai di bangku sekolah selalu sempurna tanpa perlu bersusah payah belajar. Saya tak pernah kesulitan dalam hal pelajaran. Dikarenakan hal tersebut pula yang membuat saya selalu berpuas diri dan tak pernah mengenal usaha yang lebih. 

Mindset saya kala masih sekolah hingga ada di bangku kuliah adalah memperoleh nilai yang tinggi. Saya tak pernah mencoba pekerjaan sampingan, tak pernah berusaha ikut kompetisi, dan kegiatan di luar kampus lainnya. Bagi saya aktivitas seperti itu hanya akan membuang-buang waktu dan tidak berpengaruh besar terhadap masa depan. 

Meskipun saya masih mengikuti organisasi luar kampus namun, mindset yang hanya ingin hidup nyaman dan tidak mau susah masih tertanam hingga bangku kuliah. Tentu saja karena tidak pernah susah dalam hal pelajaran membuat saya tidak tahu apa arti dari kerja keras. 

Semuanya berubah kerika telah beralih status menjadi sarjana. 

Sama halnya dengan kebanyakan orang lainnya yang pernah mengalami fase quarter life crisis, saya pun demikian. Krisis yang melanda membuat saya sempat terpikir ingin menyerah saja. Wajar saja jika dari kecil, kita tak pernah diberi tantangan maka ketika dewasa sedikit saja ada tantangan langsung ingin menyerah. 

Dulu saya tak pernah mengenal tantangan. Uang meskipun tak kaya namun, cukup untuk jajan. Begitu pula dengan nilai pelajaran. Semua orang memandang kagum atas diri saya yang dulu. 

Di awal saya memutuskan beralih profesi dari karyawan menjadi pengusaha. Saya mendengar banyak sekali caci maki dan hinaan dari banyak orang. Terlebih saya juga masih harus memiliki pekerjaan sampingan agar dana darurat selalu terjaga. Memulai bisnis tentu saja omset yang dihasilkan belum banyak sehingga hanya cukup untuk hidup sehari-hari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline