Lihat ke Halaman Asli

Irhamna Mjamil

TERVERIFIKASI

A learner

Buku, Si Penambah Ilmu yang Menemaniku Saat Pandemi dan Quarter Life Crisis

Diperbarui: 3 Mei 2021   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Membaca buku, Foto oleh Thought Catalog dari Pexels

"Jadi bagaimana kamu sudah punya jawaban untuk pertanyaan tante?" Tanya tanteku. 

"Jawaban apa maksudnya tante?" 

"Kamu mau tidak menikah dengan pilihan tante? Umur kamu juga sudah 24 tahun" 

"Maaf tante untuk saat ini, menikah bukanlah prioritasku ". Tante nampak kesal dengan jawaban ini. Entah sudah berapa kali aku menolak calon pilihannya. 

Aku, perempuan yang dihadapkan pada krisis terhadap diri sendiri.

 Pandemi yang melanda dunia di tahun 2020 berpengaruh tidak hanya terhadap sektor kesehatan namun, juga pada sektor ekonomi. Banyak pekerja yang akhirnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Tahun 2020 adalah tahun yang penuh dengan cobaan bagi kebanyakan orang. 

Aku juga terkena imbas dari pandemi. Di bulan Mei 2020, resmi menyandang status sebagai pengangguran. Tak menunggu lama, aku langsung mencari pekerjaan baru. Satu, dua , hingga entah berapa puluh kali lamaran pekerjaan aku datangi, sayangnya rezeki belum berpihak. Sedih? Marah pada nasib ? Sudah pasti. Aku sering bertanya pada diri sendiri, apa salahku ? Apa kekuranganku sehingga aku juga tak kunjung memperoleh pekerjaan? Padahal aku sudah belajar giat dalam menghadapi tes. 

Rasa kurang percaya diri mulai timbul dalam diri terlebih hidup di era digital yang erat sekali hubungannya dengan media sosial. Melihat teman-temanku di media sosial kelihatannya hidup mereka menyenangkan sekali. Mereka memiliki pekerjaan dengan gaji tinggi, dan bisa work from home membuat aku iri dengan pencapaian hidup orang lain. 

Aku pun tak bersemangat menghadapi hidup. Setiap hari hanya dihabiskan dengan bertanya apa kelebihan? Apa yang membuat aku tak kunjung diterima pekerjaan? Sebenarnya aku hidup untuk apa? Pertanyaan itu selalu ada di kepala. Terlebih banyak orang yang menyarankan untuk menikah saja. Entah sudah berapa kali tawaran calon suami aku tolak. Bagiku tujuan menikah bukan sebagai pelarian dari masalah hidup. Terlebih bukankah menikah di kehidupan nyata tak seindah di drama Korea?

Berteman Kembali dengan Buku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline