Lihat ke Halaman Asli

Irhamna Mjamil

TERVERIFIKASI

A learner

Akhir yang Bahagia, Overthinking, dan Cara Mengatasi Overthinking

Diperbarui: 23 Maret 2021   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Susanne Jutzeler dari Pexels

Akhirnya Cinderella menikah dengan pangeran dan hidup bahagia selamanya 

Putri salju pun menikah dengan pangeran dan hidup bahagia selamanya 

Pernah mendengar atau membaca dua kalimat di atas ? Pasti pernah. Dari kecil dongeng yang diperdengarkan dibumbui dengan happy ending. Akhir cerita yang bahagia selamanya. Sehingga tanpa disadari yang tertanam di alam bawah sadar tentang hidup adalah hidup yang bahagia. 

Tak heran mengapa banyak orang yang membandingkan hidupnya dengan media sosial yang seolah-olah tampak"bahagia". Padahal hidup itu hanya soal sedih dan senang yang berganti. Tidak ada hidup yang bahagia selamanya. Memangnya sinetron yang manusia baiknya selalu ketiban sial. Jika Tuhan seperti penulis sinetron mungkin lebih banyak manusia jahat di dunia ini. 

Banyak orang yang berpikiran secara berlebihan karena merasa hidupnya tak bahagia atau Tuhan tak adil kepadanya. Kalau kata orang zaman sekarang, berpikiran secara berlebihan disebut dengan overthinking. Kecil namun, berdampak besar terhadap kesehatan mental seseorang. 

Overthinking dapat memicu terjadinya stress yang dikhawatirkan berujung pada depresi. Tak hanya stress ternyata menurut Halodoc.com, dapat memicu gangguan pencernaan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. 

Gangguan pencernaan yang ditimbulkan terjadi karena hormon stress yang tinggi di dalam tubuh. Resiko radang usus, sekresi lambung, akan meningkat terjadi pada orang yang overthinking. Stress juga bisa membuat lapisan pelindung usus melemah, sehingga bakteri pada usus rentan memasuki tubuh.

Overthinking dapat menurunkan kadar sel darah putih di dalam tubuh. Sel darah putih sendiri berfungsi melawan kuman yang masuk. Sehingga, disarankan untuk tidak berpikiran berlebihan karena berbahaya bagi kesehatan mental dan juga fisik. 

Saya sendiri sebenarnya adalah seorang overthinker. Saya merasakan bagaimana negatifnya efek overthinking. Negatif efek tersebut semakin menjadi-jadi ketika saya mengalami quarter life crisis karena terlampau sering membandingkan dengan hidup mereka yang di media sosial kelihatan "bahagia". 

Tak hanya dalam hal bersikap dalam menulis pun terkadang saya overthinking. Nanti tulisan ini ada yang baca gak ya pikir saya dalam hati. Seiring berjalannya waktu, saya mulai melawan pikiran-pikiran tersebut. Ada 4 tips dari saya ketika overthinking melanda. 

1. Tidur 

Tidur adalah senjata saya ketika overthinking melanda. Untuk mempermudah tidur, saya biasa menyemprot parfum ke tempat tidur terlebih dahulu. Selain itu, ketika hendak tidur saya selalu menanamkan mindset bahwa apa yang saya pikirkan tak akan saya bawa mati nanti. 

2. Tuang Isi Pikiran 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline