Lihat ke Halaman Asli

Irhamna Mjamil

TERVERIFIKASI

A learner

Seperti Amat Rhang Manyang

Diperbarui: 7 Maret 2021   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Pixabay via pexels.com 

"A home isn't a home without mom" 

Kalimat itu pasti diiyakan oleh hampir kebanyakan orang. Ibu adalah segalanya bagi kebanyakan orang. Tetapi tidak bagiku. Entah mengapa aku membenci ibu. 

Ibu tak seperti ibu lainnya yang menginginkan anak perawannya menikah di usia yang matang. Ibu selalu tidak merestui ketika aku mengenalkan calon suami kepadanya. Entah apa alasannya padahal umurku hampir menginjak kepala 3. 

Feri, calon pertama yang kukenalkan pada ibu. Ia sudah memiliki pekerjaan tetap, dan berasal dari keluarga baik-baik. Saat bertemu dengannya, ibu terkesan cuek dan tidak peduli. Aku berusaha mencairkan suasana agar ibu mau berbicara. Sayangnya ketika aku sedang membuat minum dan meninggalkan mereka berdua di depan, Feri malah pamit pulang. Hubungan kami berakhir setelah itu. 

Tak menyerah aku mengenalkan Dena kepada ibu. Dena adalah chef di salah satu hotel terkenal di daerah kami. Aku mempertemukannya dengan ibu di hotel tempat Dena bekerja. Awalnya semua baik-baik saja, ibu terlihat menyukai Dena. Ibu lalu pamit sebentar ke kamar mandi. Tak kusangka balik dari kamar mandi, ia malah menarikku untuk pulang. Aku dan ibu pulang meninggalkan Dena yang terheran dengan sikap kami. 

Ryan adalah pasangan berikutnya yang kukenalkan pada ibu. Ryan memiliki pekerjaan sebagai seorang polisi. Tampangnya juga tampan dan badannya gagah khas polisi muda pada umumnya. Lagi-lagi Ryan juga tak direstui oleh ibu. Setiap kali aku bertanya alasannya mengapa ia tak pernah merestui hubunganku, ibu tak pernah menjawab. 

Aku pun kecewa dengan ibu. Kekecewaan itu membuat hubungan kami merenggang. Aku pun memutuskan untuk mencari pekerjaan ke luar kota. Tujuannya agar aku bisa jauh dari ibu . Sudah dua kali lebaran aku tak pulang namun, hari ini berbeda. Aku terpaksa pulang di hari meninggalnya ibu. Aku akui aku sedikit sedih kehilangan ibu namun, ego masih menguasai diriku. 

Tiga hari berlalu sejak kepergian ibu. Tak ada yang berubah dari diriku. Bagiku ada atau tidak ada ibu sama saja. Hari ini adalah hari terakhirku ada di kampung. Sebelum pulang, aku melangkahkan kaki ke kamar ibu. Entah mengapa ingin melihat kamar ibu sebelum aku kembali ke perantauan. 

Kamar yang didominasi warna coklat mengingatkanku akan kenangan masa kecil. Saat aku, ibu, ayah, dan dua orang kakak sering bermain di kamar ini. Aku pun membuka laci  meja rias ibu. Menemukan satu buku usang dan membacanya. Mataku terhenti pada satu halaman. 

Tiara, anakku 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline