Kenapa dalam stigma masyarakat Indonesia kegagalan adalah kejadian yang sangat memalukan?
Kegagalan adalah fase dimana setiap orang sukses pasti melewatinya. Sayangnya stigma masyarakat terhadap kegagalan masih sangat keliru. Maka tak heran banyak masyarakat yang memutuskan berada di dalam jalur aman.
Sebagai contoh langsung adalah banyaknya masyarakat yang memilih pekerjaan sebagai karyawan dibandingkan dengan menjadi pengusaha. Maka tak heran jumlah pengusaha di Indonesia hanya 4% dari jumlah penduduk. Hal ini sangat jauh dari jumlah pengusaha yang ada di negara maju yaitu 14%.
Masyakarat lebih banyak yang memilih bersembunyi di balik "zona nyaman". Hanya segelintir orang yang mau memulai keluar dari zona nyaman. Lantas bagaimana caranya menyikapi kegagalan?
Berteman dengan kegagalan
Kegagalan bukanlah musuh yang harus dilawan. Sejatinya kegagalan adalah fase yang harus dilewati ketika melangkah ke tangga kesuksesan. Sebagai contohnya, Iman Usman salah satu pendiri Ruang Guru, dalam bukunya bercerita bahwa sebelum mendirikan ruang guru, ia selalu gagal saat melamar pekerjaan sebagai seorang guru. Kegagalan mengantarkannya mendirikan ruang guru. Berteman kegagalan adalah suatu keharusan untuk menerima kegagalan dan belajar lagi. Penerimaan justru menghasilkan kesuksesan yang tidak disangka-sangka.
Belajar dari kegagalan
Thomas Alva Edison mungkin tak pernah menciptakan bohlam lampu jika tak belajar dari kegagalannya. Belajar dari kegagalan dengan berpikir bahwa kamu tidak gagal hanya saja harus belajar sedikit lagi. Kadang kegagalan adalah rencana Allah untuk mengantarkan kamu ke kesuksesan yang tiada kamu duga.
Bersyukur
Bersyukur dan berterimakasih pernah gagal karena artinya kamu sudah menghabiskan jatah gagal kamu dan semakin dekat dengan kesuksesan. Seorang teman pernah berkata " kenapa harus takut gagal? Bukankah masa muda seharusnya digunakan untuk menghabiskan jatah gagal?". Jangan pedulikan stigma dan cacian dari orang-orang. Karena ibarat kapal yang belayar, kamu adalah nakhodanya. Kapal perlu air untuk berlayar akan tetapi bisa tenggelam jika air sudah masuk ke dalamnya. Semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H