Lihat ke Halaman Asli

Irhamna Mjamil

TERVERIFIKASI

A learner

#Speak Up Edisi 1 | Jangan Sekolah Tinggi-tinggi

Diperbarui: 6 September 2019   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

"Buat apa perempuan kuliah tinggi-tinggi toh ujungujungnya hanya urusan dapur, kasur, dan sumur. Lebih baik duduk dirumah minta uang sama suami ." 

Sepenggal kalimat itu pastinya udah terlalu sering didengar oleh perempuan yang ingin melawan arus dalam masyarakat. Stigma wanita ada dibawah lelaki masih ada dalam masyarakat kita. Tidak jarang banyak perempuan yang aku temui mengalah akan keadaan.

Faktanya perempuan yang memiliki pengetahuan yang luas akan berbeda pola pengasuhannya dengan perempuan yang biasa-biasa saja. Sebagai contohnya dari pola pengasuhan dua orang terdekat dengan latar belakang yang berbeda. 

Perempuan X yang memiliki latar belakang hanya lulusan SMA mengasuh anak perempuannya dengan menekankan bahwa perempuan harus pandai dalam urusan dapur dan sumur. 

Tak heran ketika sang anak dewasa dan mendapatkan kesempatan kuliah, kedekatan emosional antara ibu dan anak dalam hal dunia kuliah tidak terjadi. 

Sang ibu cenderung tidak mengerti permasalahan sang anak karena dia tidak pernah mengenyam bangku kuliah. Sebaliknya Perempuan Y dengan latar belakang lulusan perguruan tinggi akan memfasilitasi permasalahan sang anak dan membangun kedekatan emosional. 

Perempuan Y paham bahwa permasalah rumahtangga nantinya akan lebih luas dari hanya sekedar urusan dapur dan sumur. Meskipun ada beberapa perempuan yang tidak mengenyam dunia perkuliahan namun memiliki wawasan yang luas karena buku, lingkungan, dsbnya. Akan tetapi kebanyakan faktanya seperti diatas.

Jangan sekolah tinggi-tinggi dibangun oleh kaum masa lampau yang hidupnya belum terpapar teknologi.

Stigma wanita tidak usah sekolah tinggi-tinggi dibangun oleh kaum masa lampau yang dalam hidupnya tidak mengenal teknologi. Stigma ini juga diteruskan sampai ke anak cucu mereka. Perempuan hanya cukup pada urusan dapur, kasur, dan sumur saat berumah tangga. Faktanya masa lampau dengan zaman sekarang sangat jauh berbeda. 

Zaman milenial menuntut perempuan harus sangat pandai menjaga anaknya yang merupakan generasi muda akan tidak tergerus teknologi. Bagaimana caranya mengajarkan anak untuk mampu mengambil hal yang positif dari teknologi sedangkan yang diketahui hanya urusan kasur, dapur, dan sumur? Masa lampau tidak ada kasus kecanduan ponografi yang mampu mempengaruhi otak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline