Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Irham Maulana

Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Puisi: Dongeng Ibu

Diperbarui: 15 April 2023   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

this photo was taken from Pexels.com

Puisi Muhammad Irham Maulana

Tajuk: Dongeng Ibu

Saat masih kecil, ibu kerap mendongeng
Sang Angela memang piawai soal bercerita
Nadanya lembut, intonasinya indah
Hingga sayup mataku dibikin kantuk
Lalu tertidur pulas di sebelah ketiaknya

Suatu hari, insomnia itu bertamu
Mengajak begadang semalaman
Daun Telingaku yang lunak jua menyimak kekeh
Terbaca oleh ibu kisah aneh lamun bahana
Mengusik properti dalam kepala
Membangunkan imajinasi dan rasa penasaran

Kata ibu "tikus-tikus berdasi itu sangat rakus dan enggan merasa kenyang.
Walau mereka tinggal di istana mewah nan megah,
Petualanganya tak pernah tamat.
Mereka masih berkelaluan mencari mangsa di setiap waktu".
"Bu, siapa tikus-tikus berdasi itu?" Tanyaku penasaran.

Mereka adalah binatang buas bertopeng manusia
Berbahaya dan mengerikan ketimbang raja hutan
Menerkam dari penjuru arah, lalu digerogoti lamban tubuh itu
Habis, tak menjejak kulit, balung, atau bulu tipis sekalipun
Para dimangsa selalu was-was, menangis darah saban hari
Mengalir di sepanjang jalanan, sungai, jublang, parit

Karena tubuh binatang kepala manusia
Mereka juga berburu permata dan kertas upeti
Semua disikat tanpa kecuali  
Dengan drama dan akting ciamik
Dielu-elu, dirayu-rayu, dijanjikan begini begitu
Setelahnya, dicampakkan seperti sampah

Akhir-akhir ini, dunia tengah kesumat
Perih ajek menggenangi tubuh damai
Berani jujur dibikin kabut
Pasal menjadi barter kejerian
Hukum dibikin drama sinetron
Maling dibikin juru selamat
Juru selamat dicap penghianat
Sadar, dewasa, waras lah bersama dongeng ini
Agar kamu selamat dari bengisnya negeri pandora.

Lamongan, 14April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline