Pentingnya Petualangan Manusia Kiri
Secara umum dimensi manusia memiliki dua sisi, yakni manusia kanan dan manusia kiri. Manusia kanan didefinisikan sebagai manusia dengan karakter lurus dan patuh terhadap peraturan.
Sementara, manusia kiri dicirikan sebagai pelaku yang belok: menentang, memberontak, dan melawan. Entah siapa yang mengawali pengertian perbedaan manusia semacam itu. Yang jelas, manusia dengan jalan kiri masih dianggap buruk sampai zaman kiwari.
Suara dan kritikannya dianggap sleweng. Gagasan-gagasannya dinilai ancaman. Singkatnya, aktivitas yang dilakukan mereka dianggap bahaya. Patut dicurigai dan diwaspadai.
Padahal jika ditelusuri, manusia kiri tidak selalu berknotosi buruk. Mereka juga mempunyai sisi kebaikan, seperti rasa prihatin, simpati, empati, serta antusias melawan penindasan.
Di beberapa manuskrip sejarah, manusia kiri sering dibahasakan sebagai entitas; semangat menegakkan keadilan, berani memerangi kejahatan, dan lantang melewarkan kebenaran.
Presiden pertama kita, Bung Karno bukankah manusia kiri? Pahlawan yang telah menumbalkan hidupnya melawan kolonialisme dan imperialisme yang tidak sejalan dengan kehidupan bangsa Indonesia.
"Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965" telah jelas dijelaskan olehnya bahwa pancasila adalah ideologi kiri, megandung unsur keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan maksud membasmi kolonialisme dan imperialisme. Paham yang saat itu diyakini mengancam persatuan bangsa Indonesia.
Ketika masih memimpin negara, wartawan Jerman pernah mewawancarainya secara eksklusif. Dalam wawancara tersebut, beliau mengungkap Pancasila serta lima azimat revolusi Indonesia tidak hanya murni dihasilkan dari pemikirannya sendiri, tetapi juga melibatkan pemikiran para tokoh kiri.
Lenin, Karl Marx, Hitler, Okuma, Saigo Takamori (pemimpin new revolusi Jepang) merupakan sederet pemimpin yang telah dipelajari sepak terjangnya bertahun-tahun.
Dari sanalah, Soekarno mendapat pemikiran cemerlang dan revolusioner, yang dituangkan dalam "Bhineka Tunggal Ika/ Pancasila" sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara melalu sila-silanya. Setiap butir sila dengan dasar falsafah hidup yang kuat dan menggambarkan bagaimana arah kehidupan bangsa Indonesia ke depan.