Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Irham Maulana

Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Pamer Bukan Masalah Melainkan Anggapan

Diperbarui: 14 April 2022   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

this photo taken from www.popularitas.com

Pamer Bukan Masalah Melainkan Anggapan

"Begitu hari raya tiba, para kalangan usia mulai menapaki jalan dan rumah-rumah dengan baju baru, penampilan baru, bahkan yang sebelumnya berpenampilan pas-pasan mendadak merias diri seperti pemain film layar lebar. Iya itulah momen lebaran. Tidak ada aturan, hak, dan kewajiban yang membatasi siapapun untuk ber molek-molek dan ber cuci-cuci pandang".

Bukan menjadi masalah yang serius ketika membahas fenomena kultur sosial yang disebut, pamer. Kata itu merupakan akulturasi dari sifat ke etika yang menempati bagian dari kehidupan sosial. Hanya saja, praktek pamer menjadi perilaku kurang normatif dalam topografi masyarakat desa. 

Kalau di daerah perkotaan, Tebar pesona atau pamer adalah hal yang lumrah, di mana kemajuan budaya dan cara pandang antara penduduk kota dan desa berbeda. Karakter orang-orang kota cenderung individual dan apatis. Artinya, tidak terlalu memperhatikan gaya hidup (pamer) dan atau rutinitas satu sama lain. Beda lagi, kalau pamer diterapkan pada lingkungan berkarakter sosial tinggi (masyarakat desa), hal itu bisa dinilai tabu dan kurang bermoral.

Dalam kamus bahasa Inggris, Oxford Dictionaries, istilah "pamer" atau "tebar pesona" dapat dikenal dengan kata show-off yang berarti tindakan secara sengaja untuk memamerkan diri, kepemilikan, atau prestasi. 

Sedangkan dalam kamus KBBI, kata pamer didefinisikan sebagai upaya menyombongkan diri dengan tujuan memperlihatkan kelebihan kepada orang lain. Sekalipun pengertianya bermuara pada perilaku yang kurang baik (sombong), tetapi ada sesuatu positif pula yang dapat diperoleh dari praktek pamer. Tentu harus dibarengi dengan motif baik.

Sebagaimana diungkapkan oleh Hotman Paris, Pengacara kondang konglomerat, yang pernah mendapat kecaman dari perilaku yang suka memamerkan harta. Tidak marah, Hotman kemudian menjelaskan bahwa segala sesuatu yang dianugerahkan oleh tuhan harus difungsikan sebagaimana mestinya. 

Bila sesuatu dibiarkan itu berarti sama sekali tidak mensyukuri pemberian. Hal ini senada dengan Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Bumi Manusia, "Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri".

            Bukan masalah

Kalau mengamati definisi dari Hotman Paris dan Pramoedya Ananta Toer. Saya menyimpulkan bahwa pamer atau tebar persona bukan sebuah masalah karena berkenaan dengan hak. Tidak ada regulasi yang melarang seseorang untuk berekspresi, baik kualitas diri, barang berharga, dan prestasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline