Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Irham Maulana

Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Solusi Mandiri Hadapi Marak Klitih dan Begal

Diperbarui: 11 April 2022   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

this photo taken from https://www.merdeka.com/

            Solusi Mandiri Hadapi Marak Klitih dan Begal

Sebelum saya menulis artikel ini, saya memeriksa dahulu lonceng pemberitahuan pada kompasiana. Saya terkejut ketika membaca pewartaan dengan tajuk "Marah Klitih di Kota Pelajar". Berita pembunuhan seorang remaja di kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota yang identik dengan semangat pelajar berpengetahuan dan kental dengan khalayak kampus itu harus dilukai dengan tragedi pembunuhan, yakni klitih. Kata klitih mungkin jarang didengar dalam ilmu pengetahuan. Namun, kata itu menjadi suara paling menakutkan bila dikaitkan dengan konteks kesosialan.

Secara Etimologi, klitih berasal dari bahasa Jawa, yakni aktivitas keluar rumah yang dilakukan seseorang untuk sekedar mencari udara segar, melegakan kepenatan selepas bekerja, dan atau setelah berada seharian dalam rumah. Sedangkan sumber lain menyebut, klitih dimaknai sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang untuk tujuan tertentu, seperti nongkrong, atau keluyuran pada malam hari. Dalam perkembanganya, kata klitih kemudian beralih fungsi sebagai praktek kriminalitas, sebuah tindak-tanduk kekerasan dan kejahatan jalanan dibarengi senjata tajam sebagai ancaman terhadap korban.

Sementara, epistemologi makna klitih itu sendiri tidak jauh beda dari kata begal. Aksi kriminalitas kelas kakap, seperti perampokan dan perampasan menggunakan kendaraan bermotor dan senjata tajam dengan cara paksa. Pelaku begal biasanya mengintai mangsa di sepanjang jalan sepi dan melancarkan aksinya pada petang hari. Namun, tidak sedikit juga aksi begal marak di terang hari. Dilihat dari segi praktek, kata klitih dan begal memiliki konotasi dan tujuan yang sama, yakni mengambil alih hak orang lain dengan cara paksa dan ancaman. Pelaku begal dan klitih dalam merealisasi tujuannya bisa dengan melukai, mencelakai, bahkan tega membunuh korban demi mengeruk lebih banyak keuntungan.  

Praktek klitih dan begal ini harus ditanggapi secara serius oleh pemerintah, masyarakat, dan ormas-ormas setempat. Pasalnya, praktek begal ini tidak hanya terjadi pada momen-momen tertentu, melainkan kapan saja dan di mana saja. Kalau diibaratkan, pelaku klitih dan begal berbanding lurus dengan praktek maling, di mana sama-sama memanfaatkan kesempatan untuk melucuti mangsanya di semua waktu dan tempat. Tentu bentuk kriminal semacam ini membahayakan dan mengganggu keberlangsungan hidup yang harus disikapi dengan tegas dan dihukum seberat-beratnya. Mau berapa korban yang dilukai? Mau berapa korban yang dirugikan? Dan mau berapa korban yang terbunuh?

Jika pemerintah masih belum gerak dan terjun ke lapangan, masyarakat sibuk dengan urusan finansial, serta ormas berkutat dengan visi dan misi pencapaian, maka disitulah  individu sendiri yang harus menyikapi dengan bahana tindakan kriminalitas yang meresahkan dan merugikan itu. Individu tidak harus memerangi secara mandiri karena fenomena kriminalitas sudah menjadi tugas pengamanan negara. Setidaknya, individu dapat menghindari model kriminalitas begal dan klitih ini dengan beberapa hal.

            Pertama, memperhatikan waktu

Selain mengatur waktu bernilai dalam menjamin karir, untuk tercegah dari perilaku kejahatan  juga tak kalah penting dengan mengatur waktu. Mengingat marak praktek kejahatan, seperti diskriminasi dan kriminalitas dapat terjadi di manapun dan kapanpun sehingga butuh bekal keselamatan penangkal yang kokoh ( mengamati waktu). Pasalnya, pelaku klitih atau begal itu sendiri tidak kenal waktu dalam menjalankan aksinya. Jika ada kesempatan, pasti ditunaikan entah siang, sore atau malam hari. Bahkan, dalam suasana ramai, mereka dapat melumpuhkan korban dengan motif-motif kejahatan yang variatif. Dengan pengaturan waktu yang sesuai, seseorang dapat mengamati kapan dan pukul berapa biasanya klitih dan begal beraksi. Hal tersebut dapat diperoleh dari berita dan korban-korban begal.

            Kedua, jangan keluar malam sendiri

Keluar malam untuk sekedar mencari udara segar atau menikmati hiruk pikuk suasana mungkin perlu setelah seharian bekerja dan bersekolah bagi pelajar atau mahasiswa. Namun, yang terpenting adalah tidak keluar malam secara mandiri. Potensi kejahatan lebih sering menimpa mereka yang kerap keluar malam sendiri, baik di jalan, di lorong, atau tempat-tempat yang menguntungkan bagi aksi kejahatan. Para pelaku klitih atau begal kerapkali melancarkan aksinya pada jam-jam petang hari. Jam malam adalah waktu yang pas karena beberapa aktivitas mulai tidak aktif. Mereka mengintai para mangsanya yang menunggangi motor, mobil, dan lain sebagainya secara sendiri. Para begal dan klitih sangat diuntungkan dengan pengguna tunggal motor atau mobil karena mereka dapat melunakkan korban tanpa ada perlawanan.  

            Ketiga, Hindari lokasi-lokasi sepi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline