Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Irham Maulana

Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Inilah Gaya Belajar Albert Einstein yang Perlu Ditiru

Diperbarui: 31 Maret 2022   05:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

this photo taken from https://ichi.pro/id

Siapa yang tidak kenal Albert Einstein? Nama Einstein seolah identik dengan kata "dewa Ilmu" dan "genius". Ia dianggap sebagai ilmuwan terbesar sepanjang masa. Ketenarannya mungkin setara dengan teori relativitas dan rumus E=m2c yang menjadi kausa akhir dari perang dunia II. Sejarah mencatat terdapat 300 artikel ilmiah dan 150 non-ilmiah oleh Einstein yang dianggap relevan sampai saat ini. Dalam biografinya, Ketekunan dan kesabaran menjadi kunci berhasilnya Einstein dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan merevolusi teori-teori secara luas dari tokoh-tokoh pendahulunya. Lantas, bagaimana cara belajar Einstein yang menjadikannya begitu terkenal sepanjang masa?

Fokus pada sesuatu yang mungkin memiliki jawaban

Einstein gemar mencari soal-soal yang memiliki kemungkinan jawaban. Sesuatu yang memiliki kemungkinan jawaban dapat diterapkan dan dipertanggungjawabkan secara realitas. Jawaban yang yang masuk akal juga berpotensi menjadi acuan yang akurat dalam ilmu pengetahuan. 

Dari kegemaran itu, Einstein berinisiatif membuat soal-soal dan mencari jawaban yang mungkin dapat diterima secara luas. Tentu sebelum itu, ia terlebih dahulu memahami konsep dasar pengetahuan dan teori secara detail. Konsep belajar seperti ini menurutnya dapat mengasah pemahaman teori dan memiliki bayangan praktik yang tepat dalam kehidupan nyata.  

Sigmund Freud menjelaskan, bahwa pikiran dan ide dapat berkembangn dengan baik jika ada kemungkinan jawaban dari pertanyaan. Berkutat pada sesuatu yang kurang mungkin ada jawaban dapat merusak kerja otak dan pikiran. Dalam psikologi kesehatan, otak dan pikiran yang sehat adalah otak yang mengkonsumsi energi positif dari persepsi dan tindakan. 

Pekerjaan yang belum mungkin ditemukan jawaban akurat dapat mengurangi energi otak menerima informasi, pandangan, dan kekuatan berpikir. Jika otak dan pikiran sering diasah pada hal-hal yang memiliki kemungkinan jawaban, maka otak akan produktif dan aktif. Jawaban yang memungkinkan merangsang otak terus bergerak mencari solusi dan jalan alternatif dari belenggu kebingungan dan kebuntuan. 

Berani membangkang dan menyanggah ide umum 

Si jenius ini berani membangkang dan menyanggah ide-ide umum yang ada. Hal itu mungkin menjadi alasan Einstein tidak mudah diterima di Sekolah. Pola pikir dan ide kontroversialnya dinilai tidak koheren dengan ilmu pengetahuan di masa itu. Perlu diketahui, itu bukanlah sesuatu yang tidak benar. Untuk menumbuhkan pikiran kreatif, melahirkan pola-pola baru itu sangat perlu. 

Jika Einstein tidak membangkang pada Newton, tidak mungkin teori relativitasnya masih berlaku. Seperti halnya Soekarno, jika tidak menyanggah manipulasi kolonialisme terhadap rakyat indonesia atas dalih persaudaraan, jangan harap Indonesia sampai Jokowi.

Filsuf terkenal Jerman, Friedrich Nietzsche mengungkapkan bahwa ia kurang puas pada seseorang yang mengatakan "iya" terhadap pikiran-pikiranya. Hal itu menunjukkan jika dalam menelaah sesuatu seseorang harus membantah, tidak mudah tunduk. Model belajar seperti ini saya kira efektif dan produktif menunjang mutu pendidikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline