Lihat ke Halaman Asli

Cerpen yang Terlalu Pendek

Diperbarui: 11 Juni 2023   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh hermaion (pexels.com).

Suara merdu dari pianis terdengar memenuhi ruangan, mengalun dengan indahnya melodi yang tercipta. Semua orang di dalam ruangan itu menikmati suara piano yang memikat hati itu. Namun, seorang pria berusia 50 tahun yang duduk di sana merasa hampa dan menyesal.

Dia telah datang untuk menonton konser musik di malam itu, tetapi tidak bisa menikmatinya sepenuhnya. Sejak ia masih muda, dia memang sangat mencintai musik dan bermimpi menjadi seorang musisi yang sukses. Namun, karena berbagai alasan, ia selalu menunda-nunda untuk mulai berkarya.

Sekarang, saat ia mendengarkan suara piano yang indah itu, ia merasa menyesal karena tidak memulai berkarya sejak usia 30 tahun. Ia berpikir tentang segala hal yang telah ia lewatkan dengan menunda-nunda impian dan bakatnya. Kini ia sadar bahwa waktu yang telah ia lewati terlalu singkat untuk mengejar kembali impian itu.

Dalam hatinya, ia bertekad untuk tidak lagi menunda-nunda impian dan bakatnya. Meskipun ia tidak tahu apakah masih ada waktu untuk mengejar kembali mimpinya yang dulu, ia yakin bahwa tidak ada yang salah dengan mencoba.

Saat konser berakhir, pria berusia 50 tahun itu bangkit dari kursinya dengan rasa malu. Ia memutuskan untuk pulang dan mulai bertekad mengembangkan bakatnya di rumah, meskipun terlambat. Dia mulai mengambil pelajaran musik dan berlatih setiap hari. Dalam beberapa bulan, kemampuannya meningkat dengan pesat.

Setelah berlatih dan memperbaiki diri selama beberapa tahun, pria itu akhirnya memiliki kesempatan untuk tampil di depan publik. Meskipun usianya sudah tua, dia masih dapat memainkan musik dengan begitu indahnya sehingga penonton terpesona.

Setelah bertahun-tahun bekerja keras dan tekun di dunia musik, pria tersebut berhasil mendapatkan kesempatan untuk tampil di panggung nasional di usia kepala enam. Ia sangat bersyukur.

Satu dekade sudah, pria itu tampil di panggung-panggung kecil di acara lokal. Namun Ia selalu percaya. Bahwa suatu saat. Suatu saat nanti. Pasti. Ia yakin akan tampil di panggung nasional. Impian yang terdengar musykil bagi siapa saja yang mendengarnya. Ia tahu, bahwa usianya telah senja. Meskipun terus bekerja keras dan berlatih, kemungkinan untuk gagal jauh lebih realistis. Tapi, Ia tetap keras kepala. Apa salahnya mencoba. Menyerah bukanlah sebuah pilihan.

Kesempatan emas tampil di panggung nasional. Ia berikan semua yang ia punya. Ia tumpahkan kisah penyelasan. Semua dendam tentang impian, harapan dan cita-cita. Ia luapkan semua.

Ia kini jadi perbincangan di dunia musik. Orang-orang terkesan dengan penampilan emasnya. Begitu memukau, mempesona. Tak hanya itu, ia mendapat tawaran kontrak rekaman dari label musik ternama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline