Artikel ini menandai artikel ke-91 saya di Kompasiana. Sembilan tulisan lagi untuk menyentuh angka 100. Setelah melalui perjalanan menulis menuju artikel ke-100. Saya menyadari satu hal, menulis bukanlah hal sakral.
Menulis adalah menulis. Kita hanya dititipi sebuah gagasan. Sebuah tiupan yang entah mengapa begitu menempel di pikiran kita. Kemanapun kita pergi, kita tidak bisa lepas darinya. Satu-satunya cara melepaskan diri dari beban itu hanyalah dengan menuliskannya. Mewujudkannya menjadi sebuah bentuk tulisan.
Sebuah tulisan memang bisa menjadi abadi. Tapi hal itu tidak serta merta membuatnya istimewa. Tulisan hanyalah tulisan, tidak lebih dari itu. Tulisan memang simbol zaman, jika tulisan itu bagus. Jika buruk, itu hanyalah sampah.
Ada masanya sebuah ide begitu melekat di kepala. Contohnya, ide tentang menulis novel. Entah kapan akan benar-benar terealisir. Mungkin karena tekad yang kurang bulat. Waktu yang kurang tepat. Atau memang saya malas menulis. Saya punya keyakinan, suatu saat saya akan menulis novel.
Sebelum menulis di Kompasiana. Saya tidak pernah berpikir, bahwa saya bisa menulis cerpen. Melalui serangkaian uji coba dan memaksakan diri untuk mencoba menulis cerpen. Eh, ternyata bisa. Lalu lahirlah cerpen-cerpen sederhana karangan saya; Hilangnya Pohon Mangga, Orang-Orang Kantoran yang menjadi artikel utama, Kulkas & Kotak Antik, Kamu Tidak Sehebat Itu, Venesia Minggu Pagi, Bodong & Senyum Pejabat, Doraemon Tanpa Kantong Ajaib dan Senja Selalu Menepati Janji.
Dulu, saya pikir menulis adalah hal sakral yang luar biasa. Terkagum dengan karya-karya yang bestseller. Sekarang saya menyederhanakan definisi tentang menulis setelah menonton Rebel on The Rye dan Finding Forrester. Untuk menulis memang yang paling dibutuhkan adalah logika. Tetapi itu nanti. Untuk tahap pertama menulis adalah menuliskan segala hal yang ingin dituangkan dalam tulisan. Urusan memoles tulisan beda cerita. Kita tidak bisa menulis dasar cerita sekaligus memoles cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H