Lihat ke Halaman Asli

N G E R I

Diperbarui: 3 Januari 2023   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Min An  (Pexels.com)

Meskipun  di planet yang sama. Mendiami dunia nyata yang sama. Dalam waktu yang bersamaan.

Tetapi jauh di alam pikiran. Setiap insan punya dunia mereka masing-masing. Dunia kesadaran, imajinasi, ilusi dan dejavu angan-angan. Bagai Bumi dan Langit satu sama lain. 

Andai saja pikiran bisa kita gambarkan sebagai ruang. Terkotak-kotak, lajurnya bagaikan labirin, menjebak, mengurung, menyesatkan. 

Gang-gang sempit. Belokan-belokan menukik.

Kita memang hidup di dunia yang sama. Tetapi bukan berarti, dunia yang ada di kepala kita sama. 

Setiap manusia punya pandangan yang berbeda terhadap dunia kasat mata. Cara mereka hidup. Mencerminkan bagaimana mereka memandang dunia. Mencerminkan dunia pikiran yang ada di kepala mereka.

Ada yang  memandang dunia ini sebagai lautan makna. Setiap benda, kejadian, dan orang, adalah rentetan makna yang ingin disampaikan oleh Sang Ilahi, agar kita bisa melihat dengan jernih betapa indahnya Mahakarya-Nya.

Mindfullness, kebangkitan spiritual, dunia pikiran bawah sadar, imajinasi, ilusi, dejavu. Semua hal itu terlihat sama. Terbersit sebuah tanya.

Kesadaran itu apa. Bentuknya seperti apa. Apakah ia berbentuk, ataukah justru  sebaliknya.

Sebuah rasa memenuhi relung-relung nalar. Terkotak-kotak, dan di dalamnya, lajurnya bak labirin, menyimpan banyak gang-gang, belokan-belokan tak terduga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline