Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Lagu untuk Jiwa

Diperbarui: 3 Desember 2022   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Andrea Piacquadio (Pexels.com) 

Tahun demi tahun berlalu. 

Silih berganti begitu saja. 

Terlewat seperti kilasan cahaya. 

Banyak hal terjadi. 

Wisuda, pernikahan, punya anak. Hal-hal yang tadinya kita inginkan. Sebagian kini telah terwujud. Sebagian lagi sedang menunggu.

Tahun ini akan jadi tahun yang kita hitung dengan ingatan. Kita sadar, kita telah melewatinya. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita terjebak pada waktu. Tak bisa berkilah. Kita terpeluk pada zaman. Tak bisa kita lepas. 

Pikiran ruwet, galau, sedih yang sengaja dibikin. Masalah yang sengaja dibuat. Kebingungan yang diinginkan. Semuanya menjadi candu bagi setiap manusia. Karena setiap kita mengeksekusi sebuah solusi. Solusi selalu memberi masalah baru.

Seberat apapun masalah yang dipikul, dipikir, diperhitungkan, dirasakan, dibicarakan, dimaki, dipuji. Pada saatnya akan berlalu begitu saja. 

Tidak peduli berat. Tidak peduli ringan. Entah benar atau salah. Keruwetan, kejernihan, keheningan pemikiran. Selalu memandu kita untuk pulang. Pulang menuju tempat di sudut hati. 

Dimana gembira, tenang, aman, nyaman, tak ditekan, merasa disayangi, merasa diinginkan, merasa dimiliki, merasa berharga, merasa memiliki, merasa menjadi manusia normal yang bahagia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline