Masa depan selalu indah untuk dibayangkan. Karena kita belum sampai disana.
Masa depan selalu tentang hari ini. Karena masa depan selalu tentang harapan, tujuan dan bayangan angan-angan.
Kalau harus berkelana ke masa depan, saya akan mengelilingi dunia sampai ke ujung-ujungnya. Menikmati kota-kota eksotis, eksentrik dan modern. Menikmati pengalaman hidup di berbagai musim yang tidak pernah saya rasakan. Mencoba olahraga yang hanya bisa dilakukan di negara-negara tertentu. Seperti jetski.
Masa depan memanglah sesuatu yang lentur. Karena sangat tergantung dan erat kaitannya dengan apa yang kita lakukan hari ini. Hari ini saya menulis di Kompasiana, tentang kelana masa depan dan Kompasianival. Agar supaya mendapatkan pembaca, melatih otot menulis, agar di masa depan tulisan saya semakin menyentuh pembaca dan menghibur. Namun hari ini saya menulis, karena saya ingin menulis. Ingin menjadi bagian dari penulis yang terverifikasi centang biru di Kompasiana. Apalagi mulai beberapa hari ke depan, tepat pada lima desember. Centang hijau akan lenyap dari Kompasiana.
Menulis adalah seni. Sedangkan seni selalu memakai hati. Baik ketika menciptakan seni. Maupun untuk menikmati seni. Semua hal yang berbau seni, selalu berhubungan dengan hati, perasaan dan sesuatu yang menggerakkan umat manusia.
Ketika saya mengajukan Google Adsense blog saya yang kedua kalinya dan mendapat penolakan dengan alasan low value content. Saya men-takedown seratus lebih artikel yang menurut saya tidak berkualitas.
Caranya dengan membaca ulang artikel saya tersebut dan menetapkan beberapa kriteria. Pertama, apakah tulisan saya tersebut membuat saya tertarik dan ingin membacanya lagi dan lagi. Apakah tulisan saya tersebut bisa menyentuh hati pembaca dan apakah tulisan saya itu lucu, bisa membuat pembaca tertawa.
Dan benar, setelah saya perhatikan dan nikmati hasil karya saya sendiri. Saya pun bisa membuat penilaian yang objektif bahwa artikel saya belum memenuhi syarat menjadi sebuah tulisan yang menyentuh dan lucu. Padahal ketika posting artikel tersebut saya merasa tulisan saya sudah oke.
Maka benarlah apa yang dikatakan oleh para penulis top Indonesia. Bahwa setiap tulisan butuh masa inkubasi. Masa dibiarkan begitu saja sampai kita benar-benar lupa pernah menulisnya. Lalu ketika pikiran kita telah "sedikit" melupakan apa yang kita tulis. Ketika kita membacanya kembali, kita bisa membuat koreksi yang lebih objektif terhadap tulisan kita sendiri.
Memang, jam terbang tidak berbohong. Seorang ahli selalu berawal dari seorang amatir yang terus menempa diri. Tidak peduli halang rintang menghadang dan seolah ingin menggagalkan. Seorang amatir yang berhasil melewati rintangan dengan gagah beranilah yang berhasil mengumpulkan jam terbang tinggi.