Pagi ini lebih dingin daripada hari sebelumnya. Gerimis menyapa kota ini dengan bahagia, akupun begitu menyambutnya dengan bahagia. Setiap tetes gerimis ini mengajakku untuk mendayung rindu dari hatiku ke hatimu. Di setiap rintiknya ia ingin kita bersama dalam pelukan hangat menikmati nya. Kala gerimis begini aku membayangkan kau ada disini bersandar di pundak ku, bersama menyapa gerimis dengan tenang dan kaupun senyum bahagia.
Namun pada akhirnya sirna dengan sendirinya takkala gerimis menghilang, kenyataan memang tak seindah harapan. Berharap hanyalah luka yang tidak di sadari oleh pikiran. Sejauh ini aku hanya menikmati waktu yang ada, aku merebahkan badan dalam hausnya rindu yang membuat ku tetap ingin disini. Mencintaimu adalah perihal menerima resiko. Apapun itu yang harus kujalani kedepannya.
Cinta yang tumbuh pada awal yang aku pikir akan ada dua kemungkinan, berakhir dengan bahagia atau berakhir dengan luka. Dari kedua sebab itu aku harus bisa menjalani nya nanti. Yang bagaimana pun ini adalah resiko dalam mencintai yang harus ku terima tanpa sesal.
Yang perlu kau tau, aku mencintaimu bukan hanya sekedar nya saja. Aku tidak pernah ragu untuk memintamu untuk menjadi segalanya. Hanya saja aku masih menyimpan nya dalam-dalam. Aku masih ingin menikmati rasa ini dengan tahap per tahap hingga nanti jika sudah pada waktunya aku akan mengatakan nya kepadamu.
Satu hal yang harus kau tau, nama mu selalu terselip di dalam do'a ku. Mengapa ? Karena dalam do'a aku bisa menjamahmu. Jangan jauh-jauh. Sebab, aku seolah di permainkan oleh rindu, dan seolah kau tak mau tau apa yang ada di dalam kepalaku. Apa khawatir ku sudah tidak lagi menjadi pedulimu. Aku tidak sedang main-main, namun kau seolah-olah mempermainkan khawatir ku. Jangan jauh-jauh, karena rinduku ini karnamu. Aku sangat membutuhkan mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H