Lihat ke Halaman Asli

Misuh Online

Diperbarui: 12 Desember 2017   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Clometan remaja kedinginan

Barangkali medsos (media sosial) zaman sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Dari anak usia dini hingga usia parubaya, memiliki akun medsos dari facebook, twitter, instagram, whatshapp dan masih banyak lagi jenisnya. Munculnya medsos sebenernya untuk mempermudah manusia untuk bersosial dari jarak jauh.

Dari pelbagai medsos di disuguhkan fitur status atau lebih gamblangnya membagikan sesuatu yang sedang kita fikirkan. Namun fitur ini malah di salah gunakan untuk menggunjing, fitnah, dan yang paling parah status di jadikan sarana misuh secara online. Misuh adalah suatu kalimat yang di gunakan untuk memaki seseorang atau menunjukkan rasa kemarahan. Bagi orang Jawa tidak asing lagi dengan gaya misuh ini, bahkan di suatu daerah misuh malah menjadi kekhasan daerah tersebut.

Dari hasil penelitian, salah satu faktor misuh online adalah merasakan kemarahan dan mereka tidak bisa meluapkan kemarahannya. Kecenderungan misuh online dikarenakan minuru gaya emak-emak. Contoh saja, Cipes salah satu nama akun media sosial yang meluapkan kemarahannya saat cowoknya berboncengan dengan wanita lain.

"Jancuk, ngomonge belajar kelompok tibak e malah boncengan mbek cewek lio, asu. (Jancuk, katanya belajar kelompok rupanya malah main sama cewek lain, Anj***).

Kalimat seperti ini sering saya temukan di medsos, mungkin kalian juga merasakannya. Alah aku sendiri juga sering begitu, pasti kalian pernah juga kan. Namun akhir-akhir ini aku merasa risih jika melihat status yang mengandung unsur memaki. Memaki, meluapkan kemarahan boleh-boleh saja, inikan negara demokrasi. Tapi nggak online juga kali, habis-habisin kuota saja. 

Lagipula kalian bencikan ketika ada pejabat yang mengatakan kata-kata yang tidak sopan, seharusnya kita berfikir untuk menjaga lisan membutuhkan pendidikan karakter. Lah, ini malah mengajari generasi yang akan datang dengan kalimat yang tidak produktif dan di sebar luaskan di medsos toh akhirnya di konsumsi anak kecil. Malah, banyak vidio yang beredar di medsos anak kecil mengucapkan bahasa yang kasar dan malah di jadikan bahan lelucon sama orang dewasa.

Mari sama-sama kita bangun generasi muda dengan gaya bahasa yang produktif. Kelak, saatnya mereka duduk di meja pemerintahan tidak akan kaku dan tidak melempar meja saat lawan bicaranya lebih unggul dalam berargumen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline