Saat ini perubahan iklim tengah menjadi permasalahan global dan isu utama pembahasan di seluruh dunia, terlebih dengan kenaikan suhu global beberapa tahun belakangan ini. Sebenarnya, isu perubahan iklim telah lama mengemuka di publik, tetapi pada faktanya hingga saat ini masih banyak yang mengabaikan isu tersebut.
Dilansir dari data statista.com, Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan tingkat ketidakpedulian terhadap perubahan iklim yang tinggi. Hal tersebut cukup miris karena sebagian masyarakat Indonesia sebenarnya mengetahui bahkan merasakan dampak perubahan iklim seperti bencana hidrometeorologi yang saat ini banyak terjadi.
Isu perubahan iklim merupakan tantangan nyata yang akan kita hadapi karena dampaknya telah terasa dengan jelas. Dampak dari perubahan iklim dapat dirasakan dari meningkatnya intensitas dan frekuensi cuaca ekstrem, naiknya tinggi muka laut akibat mencairnya lapisan es dan ekspansi termal samudra.
Data World Meteorological Organization (WMO) menunjukkan terjadinya kenaikan suhu global dengan tahun 2020 lalu menduduki peringkat kedua tahun terpanas sepanjang sejarah perubahan iklim.
Pada tahun yang sama terjadi pengurangan aktivitas manusia akibat pandemi Covid-19 dan terjadinya La Nina yang meningkatkan curah hujan serta memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
Pada bulan Oktober 2021, BMKG memperkirakan potensi musim hujan tahun ini akan terjadi anomali iklim berupa fenomena La Nina yang kemungkinan dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti tahun sebelumnya. Oleh karena itu, isu perubahan iklim ini sangat penting untuk kita perhatikan karena terkait dengan kehidupan manusia dan alam.
Pada Selasa (30/11) lalu Badan Meteorologi Klimatologi dan geofisika (BMKG) menyelenggarakan webinar bertajuk "Literasi dan Aksi Iklim Generasi Muda Religius Lintas Agama dan Tanggap Bencana Hidrometeorologi Dampak La Nina 2021" bersama pemerhati iklim dan pegiat lingkungan dari berbagai organisasi kemasyarakatan.