Lihat ke Halaman Asli

Mengejar Sancaka

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

(Tour d’Java part 1)Lebaran Holiday travel tahun ini kumanfaatkan tuk mnyusuri pulau jawa dari arah timur ke barat. Ada tiga main destinations yang kutuju. Jogja, Semarang dan Bandung. Kenapa memilih tiga tempat ini? Alasannya sederhana, karena ditempat2 ini ada saudara yang sudah lama tak bersua. Emang niatnya udah dimantapkan dari awal: untuk silaturahmi. Yah sebagaimana keutamaan silaturahmi diantaranya memperpanjang umur danmenambah rezeki. Kok bisa? Ya bisalah...kl memperpanjang umur sich sy belum dpt logikanya tapi kl menambah rezeki ya jelaslah, wong disuguhi makanan (hehe..), ato tau2 ditawari pekerjaan atau mungkin juga jodoh (iya ga? Nothing impossible, right?). selain itu bertemu saudara atau orang baru khan berarti menambah link dimana bisa kita gunakan suatu waktu pada saat kita butuh.

Kembali ke Sancaka. Beberapa hari sebelumnya saya sudah konsul ke Mas Google, transportasi apakah sekiranya yang bisa membawa saya dengan nyaman, aman dan cpt ke Jogja melalui surabaya. Maka si Mas pun memberitahukanlah alamat2 website dan blog yang bisa menjawab pertanyaan saya. Lalu saya mendapati tiga petunjuk. Naik travel, bus atau kereta. Jika memilih naik travel maka dia akan berangkat jam 9 malam sementara saya maunya berangkat pagi, biayanya sekitar 135rb. Kalau memilih bus katanya bagusnya bus Eka biayanya sekitar 70-80rb, melalui jalur ini akan memakan wkt 7-10 jam. Kalau naik kereta Sancaka pagi biayanya sekitar 100rb bisnis dan 180rb eksekutif, memakan waktu 5 jam. Wes tak putusno naik kereta ae, mantaff pokoknya. Maka dari Juanda kemarin siang saya memutuskan langsung ke stasiun Gubeng tuk beli tiket. Tuk mencapai stasiun ini harus beberapa kali ngoper alias nyambung transpor. Dari airport Juanda ke bungur 15 rebu, dari bungur ke Gubeng bisa naik bis kota(tapi ngetemnya lama...) atau naik len/angkot. Lek naik angkot yo ngoper lagi di terminal Joyoboyo ambil len F (tapi ga lama kok) akhirnya kumemilih naik len aja. Sampai di daerah Gubeng ternyata stasiunnya kelewat, ga jauh sih cuma skitar 200m tapi kalau ditambah bawa backpack and mangga 9kg kan lumayan tuh jalannya pake terseok2. Wah andai ga niat buat sodara dah kugelar tuh mangga didepan stasiun sambil memanjang tulisan “Mangga masak pohon” hehe...

Masuk ke stasiun kulihat sisa pemudik masih ngemper di depan loket, wuih panas ding! Gimana mereka yah yang dah berjam2 mungkin bahkan berhari2 di stasiun padahal disitu ada tulisan lho: stasiun bukan tempat untuk bermalam (lho, piye!) akhirnya saya menuju ke loket tiket tapi yang ada cuma loket ekonomi. Maka bertanyalah saya dimanakah loket bisnis, katanya disebelah. Saya pun bertanya ke mbak petugas dipintu katanya lagi keluar terus ada pom bensin lalu belok kiri. Ku ikutilah petunjuknya namun sy tdk menemukan pom bensin yang ada jg cuma hotel sahid. Akhirnya bertanya lagi pada petugas. Nah yang ini petunjuknya super duper jelas. “oh, dibelakang mbak stasiun gubeng baru. Naik becak aja byr 5 ribu”. “ow ternyata ini gubeng lama yah?” ujarku dlm hati. Huft, okeh trims sambil membawa tentengan manggaku yg 9kg menuju becak. Alhamdulillah ternyata lumayan jauh kl pake kaki alias jalan. Naik becak yah skitar 7 menit. Sampai disana saya (Q) pun bergegas menuju loket reservasi. Wah bagus, kyk antrian di Bank,posisi kantornya sebelah kiri kalau dari arah depan, pelayanannya juga bagus,agak capek sih kelihatannya si mbak (M) itu mungkin karena udah agak sore skitar jam stengah 3.

Q: (dengan ramahnya menyapa) ‘Sore mbak, mau beli tiket ke Jogja, sancaka pagi besok’.

M: (dengan letihnya menjawab) ‘habis’

Q: (dengan kagetnya bertanya lagi) ‘jadi gimana mbak?’

M: (dengan lemasnya berujar) ‘beli besok aja langsung di loket depan, jam 5 dah buka kok’

Q: (dengan penasaran mengkonfirmasi) ‘lho kok disini habis trus bisa beli di depan bsk?’

M: (dengan capeknya berkata) ‘sptau ada gerbong tambahan’

Mmm msh ada kemungkinan, tipis tapi. Yah biarlah akan kukuatkan dengan doa, kan doa musafir itu Insya Allah diijabah (Allahumma Amin!!) Lalu saya beranjak pulang ke rumah teman saya sambil memikirkan alternatif berikutnya yaitu naik bus. Berarti sekiranya besoknya tidak dapat tiket maka akan balik ke bungur tuk naik bus.

Malam pun berganti dan sebelum senja muncul dari peraduannya kami berencana tuk bergegas pergi pagi ini. Waktu menunjukkan 5.20, berhubung karena rumah temanku di Japan alias Japanan Pasuruan, berarti kami harus ke Bungur dulu. Sampai disana jarum jamku sudah berputar kearah 5.50. kami putuskan saja menggunakan taksi. Seorang supir menawari kamiharga 90rb, saya menawar 40rb, gak tau sih apa dah bener ya penawaranku yang kupahami kalau di pasar tawarlah setengah harga! Begitulah ibuku menanamkan prinsip penawaran kepadaku.

Sang sopir pun berlalu tanda tak setuju dengan penawaranku. Lalu datang lagi supir yang lain. ‘Pake argo aja mbak, biar jelas!’ tawarnya kepadaku. Bersama temanku kami pun meng iyakan. ‘Gubeng baru pak yah, tolong cepat’ requestku. ‘soalnya ini baru mau nyari tiket pak!’ tekanku lagi. ‘wahsuka yang bikin sport jantung nih mbak’ kata supirnya. Hehe..ada ada aja pak sopir ini. Taksinya pun melaju kencang , pas jalan berliku dia mengintruksikan: ‘pegangan mbak!’. Wuiih busyet ranselku yang gendut dan berat disampingku saja limbung, bener2 banter nih taksi. Pas jalanan lurus pak sopir pun bercerita: ‘ini nih mbak, terkadang orang bilang taksi itu ugal-ugalan padahal khan itu permintaan dari penumpang’. Aku mengiyakan dalam hati. Mengiyakan pendapat orang dan juga pendapat pak sopir. Ga ada yang salah menurutku, selama sang sopir mampu menguasai medan its’s ok. Lalu pak sopir melanjutkanceritanya dengan bertanya: ‘kl kehabisan tiket gmn mbak? Kembali ke bungur lagi?’. ‘iya’ kami menjawab. ‘wah, bikin sinetron kok bagus banget’ sang sopir menimpali. Serentak saja kami tertawa, melupakan sejenak keadaan yang lg dalam rush hour ( ngejar wkt). Pas menikung pak supir berkata lagi: ‘jgn muntah ya mbak!’. Tapi sontak saja dia kaget saat ku berujar: ‘bagus kok, gapapa. Kayak lagi rally githu’. Dalam hati sebenarnya saya mau memuji ‘Keren!’ tapi takut pak sopirnya grogi. Terus terang saya pengen banget bisa bawa mobil seperti itu. Kencang tapi smooth dan penuh perhitungan. Skalian liat2 kota surabaya deh. Akhirnya tidak lebih dari 15 menit kami pun sampai ke stasiun gubeng baru. ‘Deg2an dah hilang yah?’ kata pak supir. ‘Belum, soalnya belum dpt tiket’ jawabku. Lalu taksinya pun berbelok masuk dan berhenti depan teras stasiun. Sebelum turun kutuntaskan pujianku ‘Nyetirnya bagus pak! ’ lalu kututup ‘Terimakasih’. Kulihat argonya menunjukkan nominal 53rb sekian. Pak supirnya menayakan ‘digenapkan 60rb boleh?’ tanpa pikir panjang (untuk keramahan, ketepatan dan kecepatan pelayanannya) kujawab boleh (itupun ga sebanding sich). Sambil bersenandung pak sopir menjawab ‘alhamdulillah wa syukurillah...(opick feat amanda).

Waktu sudah merambah ke pukul 6.10 Setelah itu ku menyenter loket karcis. Bertanya apakah masih tersisa sancaka pagi tujuan Jogja. Alhamdulillah ada. Dengan uang 200rb kuperoleh tiket tuk 2 org. Memasuki area stasiun gubeng baru yang tampak baru, indah dan terawat ku menuju jalur 6 menanti Sancaka. Mmm.. Jogja, Im comin’ !!

Sancaka, 02 September 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline