Lihat ke Halaman Asli

Irfan Suparman

Fresh Graduate of International Law

Sajak Koridor

Diperbarui: 5 November 2020   10:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajak Koridor

Tuan-tuan, para dewan, rakyat jelata sekalian

Pengumuman-pengumuman, janda beranak tiga menjerit ditepian sungai karena kelaparan.

Para kolega, hartawan dan penjagal kaum proletar diduga terlibat korupsi dan matinya dihantui-hantu. Hantu-hantu nihilis, hantu-hantu komperador.

Pistol, bedil sarung tangan, dan jam dinding mulai meletus. Mulut taipan, berbusa memotivasi imigran supaya turut bantu perjuangan.

Teriakan 'hanya ada satu kata, lawan!' muncul dari benih-benih oligarki. Mati saja pencuri, digebug, dibakar seperti hilang asasi.

Munculnya sarjana hukum dari bukit, menyusuri jahanamnya kota. Jelaga.

Pada satu langkah, revolusi! Kita maju dan hancur lebur, bersinergi dalam kerangkeng polusi.

Jungkirbalik kota, tatanan masyarakat kemiskinan masih membabi buta.

Cepat, rehat. Panggil aku di halte sarinah, namamu akan tetap jaya dan kubaca kemenangan peristiwa semanggi di koridor.

Cilegon, 2020.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline