Lihat ke Halaman Asli

Irfan SetiaBudi

Mahasiswa Unej

KKN BTV III: Tingkat Kreativitas Pelajar Desa Perante Menurun Selama Masa Pandemi Civid 19

Diperbarui: 30 Agustus 2021   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Virus Covid 19 sekarang ini menjadi perbincangan di mana-mana. Tidak hanya di Indonesia, tetapi negara lain juga mengalami dampaknya. Covid 19 ini sudah banyak menelan korban di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah mengupayakan segala cara untuk memutus rantai penyebaran. Salah satunya dalam sektor pendidikan ialah pembelajaran daring.

Pandemi Covid 19 ini menjadikan ruang gerak pelajar dibatasi, sehingga keakraban guru dengan murid menjadi turun. Jaringan internet menjadi penting untuk pembelajaran daring, sudah seperti kebutuhan sehari-hari. Dibalik itu juga memunculkan masalah baru bagi anak yang tinggal di wilayah ekonomi menengah kebawah dan minim internet seperti Desa Perante.

Desa Perante, yang terletak di Kecamatan Asembagus. Dengan luas wilayah 466,429 yang terdiri dari tiga bagian yaitu utara, tengah dan selatan. Terdapat 1.535 kepala keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Balai desa Perante terletak di Perante Tengah, sebelah selatan masjid Mujahidin.

Desa Perante miliki 3 Sekolah, dua SD dan satu MI, salah satu SD yang tertinggal ialah SD 2 Perante. SD 2 Perante memiliki kendala ialah orang tua yang memiliki okonomi menengah ke bawah dan kurangnya pengetahuan orang tua terhadap internet, ditambah minimnya internet. 

Minimnya internet membuat orang tua murid kesulitan dalam mengakses materi, dengan hal tersebut anak sangat sulit untuk memahami materi yang diberikan. 

Orang tua mempunyai tugas tambahan seperti mendampingi anak selama pembelajaran berlangsung, ditambah orang tua harus  mendownload video yang diberikan. Ketersediaan kouta orang tua terbatas, membutuhkan biaya yang cukup mahal.

Permasalahan tersebut menjadi sangat penting bagi orang tua dan pelajar, sedangkan orang tua mereka berpenghasilan dibawah rata-rata. Sehingga ini menjadi beban bagi orang tua yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring. 

Banyak di sosial media beredar video orang tua yang memarahi anaknya pada saat pembelajaran daring, karena anaknya sulit memahami materi yang diberikan. Orang tua mengajar anak di rumah sangat berbedah dengan guru yang mengajar, salah satunya dari segi penyampaiannya ke anak.

Pada saat ini, kurang tepat rasanya guru mengajar menggunakan aplikasi Zoom Metting di SD 2  Perante, karena Aplikasi Zoom membutuhkan sinyal yang stabil sedangkan pada wilayah yang minim internet ini menjadi tidak tepat. 

Hal yang paling mudah dilakukan oleh guru dengan menggunakan aplikasi Whatsapp. Aplikasi Whatsapp sangat tetap untuk digunakan, aplikasinya simpel dan mudah diakses oleh pelajar. Hanya dengan mengirim ke grup Whatsapp, pelajar tidak harus waktu itu juga mengaksesnya dan pelajar bisa langsung menanyakan ke guru bila ada materi yang belum dipahami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline