Final ideal akhirnya bakal tercipta di Liga Champions 2020. Dinihari (20/8) kemarin, tak ada kejutan berarti dalam kemenangan 3-0 Bayern Munich atas Olympique Lyonnais di babak semifinal. Bayern sudah ditunggu PSG yang sudah lolos duluan ke partai final kemarin.
Seperti prediksinya, Bayern yang lebih dijagokan mampu mengandaskan perlawanan wakil Prancis itu. Bagaimana tidak, sekadar mengingatkan kembali kalau Bayern-lah yang memulangkan Barcelona ke Spanyol di babak perempat final dengan skor akhir 8-2 yang akhirnya membuat pelatih mereka Quique Setien dipecat pekan ini.
Atas dasar performa itulah, wajar Bayern lebih dijagokan apalagi lawannya di babak semifinal "hanyalah" Lyon. Lyon dianggap beruntung bisa lolos ke babak semifinal. Lyon lolos karena Manchester City, lawan mereka di perempat final malah bikin banyak kesalahan yang membuat Lyon secara mengejutkan lolos ke semifinal.
Akan tetapi, seorang fans dan penikmat sepak bola yang cerdas paham bahwa pertemuan Bayern dan Lyon sudah ditakdirkan. Lyon lolos bukan karena performa jelek lawannya, tetapi karena kecerdikan mereka "menjebak" lawannya.
Sekadar mengingatkan lagi, bila kompasiner dan pembaca sekalian masih meremehkan Lyon, mungkin Anda perlu membaca analisis organisasi permainan Lyon di artikel saya sebelumnya, "Ada Andil Jersey "Penjara" dalam Kemenangan Lyon Atas Manchester City".
Rudi Garcia dan anak asuhnya telah lulus S3 soal formasi 3 bek. Lyon punya organisasi pertahanan berupa blok pertahanan kompak (compact block) yang membuat lawan frustasi untuk menembusnya. Itulah yang membuat, laga Lyon vs Bayern ditunggu-tunggu walau sudah diprediksi Bayern bisa menang.
Pertanyaannya hanya satu. Bagaimana Bayern dan Hansi Flick membongkar blok pertahanan Lyon? Padahal, Bayern sendiri bermain menyerang dan punya garis pertahanan cukup tinggi seperti City. Hmm.. daripada bingung, berikut analisis taktikal yang coba saya sajikan dari cuplikan laga Lyon vs Bayern.
Transisi cepat Bayern dari sisi sayap membongkar blok pertahanan Lyon
Bayern di bawah asuhan Hansi Flick bermain sangat menyerang, tapi juga punya formasi yang berubah-ubah menyesuaikan skema ketika menyerang dan bertahan. Ketika membangun serangan, FC Hollywood bisa hanya menyisakan 2 bek saja.
Duet Boateng-Alaba sering ditinggal maju Davies dan Kimmich yang mengisi sisi sayap. Kondisi ini membuat Thiago agak turun ke posisi belakang membantu pertahanan sekaligus membangun serangan dari belakang. Namun, apabila gagal, formasi ini akan kena jebakan blok pertahanan Lyon seperti gambar berikut.
Bisa dilihat di gambar atas, 2 bek Bayern yang tersisa akan sangat kewalahan menghadapi counter-attack Lyon yang mengandalkan direct pass ketika mereka berhasil merebut penguasaan bola. Dengan kecepatan Depay atau Ekambi, Lyon punya kesempatan mencetak gol.