Premier League akhirnya resmi bergulir 17 Juni atau 18 Juni dini hari tadi. Premier League dibuka dengan laga tunda pekan ke-29 antara Aston Villa vs Sheffield United dan Man. City vs Arsenal.
Seperti Bundesliga, Serie A Italia, La Liga, atau K-League, pertandingan Premier League juga tidak dihadiri penonton di stadion. Penulis sendiri menonton tayangan Premier League lewat aplikasi berbayar resmi yang menjadi broadcaster resmi di Indonesia.
Rasanya cukup aneh melihat tayangan liga yang sepi tanpa dukungan suporter di dalam stadion. Pertandingan Premier League biasanya dihadiri banyak penonton yang membuat suasana pertandingan menjadi meriah.
Menurut data transfermarkt, pada musim lalu saja rerata kehadiran penonton di stadion klub kontestan Premier League hampir mencapai 100%, lebih tepatnya menyentuh angka 97,8%. Manchester United dengan Old Trafford-nya yang masih menjadi stadion terbesar di Premier League memuncaki daftar tersebut.
Menurut data express.co.uk, musim lalu rata-rata jumlah penonton di Old Trafford mencapai angka 74.498 dari kapasitas total stadion 74.879. Vitality Stadium, kandang dari tim kecil Bournemouth yang punya kapasitas paling sedikit (hanya 11.329) bahkan punya rata-rata kehadiran penonton di stadion hingga 10.498 atau 92,7%.
Ditambah fakta bahwa mayoritas stadion klub Premier League tak punya trek lari (kecuali London Stadium-nya West Ham) sehingga penonton sangat dekat dengan lapangan. Maka tak jarang sering terjadi cekcok antara penonton dengan pemain atau pelatih.
"New Normal" di Premier League
Namun uniknya, pemegang hak siar dan pihak klub menyiasati kehadiran penonton di stadion. Kebetulan penulis menonton pertandingan Man. City vs Arsenal yang digelar di Etihad Stadium.
Selama pertandingan masih terdengar sorak sorai dukungan suporter. Usut punya usut, dikutip dari Daily Mail (1/6/2020), ternyata pihak broadcaster memasang efek suara dari game FIFA 2020 untuk tayangan resminya demi menyiasati heningnya stadion.
Selain efek suara suporter, di beberapa sudut stadion terpasang layar yang menampilkan fans yang ternyata menonton lewat aplikasi Zoom. Namun tak seperti klub K-League yang memasang boneka seks sebagai penonton dadakan di bangku penonton, City memasang beberapa spanduk sponsor dan pesan moral untuk menutup kosongnya stadion.