Pertandingan final Piala Dunia Antarklub 2019 (FIFA Club World Cup 2019) akan mempertemukan Liverpool melawan Flamengo.
Sang juara UEFA Champions League 2019, Liverpool, melaju ke final setelah mengalahkan Monterrey, juara CONCACAF Champions League 2019 dengan skor tipis, 2-1 di semifinal.
Sebelumnya, Flamengo (juara Copa Libertadores 2019) telah melaju ke babak final terlebih dahulu setelah mengalahkan Al-Hilal (juara AFC Champions League 2019) dengan skor, 3-1.
Pertandingan final antara Liverpool vs Flamengo akan digelar Minggu (22/12/2019) dinihari waktu Indonesia di Khalifa International Stadium, Qatar.
Sementara perebutan tempat ketiga antara Monterrey vs Al-Hilal akan digelar pada hari Sabtu malam. Namun, artikel ini tidak membahas peluang Liverpool menjadi juara atau sebaliknya. Akan tetapi membahas gelaran Piala Dunia Antarklub yang kurang meriah.
Tahun 2019 ini merupakan gelaran Piala Dunia Antarklub edisi ke-16 sejak pertama kali dipertandingkan di tahun 2000. Sempat tidak digelar di tahun 2001 hingga 2004, turnamen ini kembali digelar tiap tahunnya sejak 2005.
Seperti yang kita ketahui, format terbaru Piala Dunia Antarklub mempertemukan juara dari tiap konfederasi ditambah juara liga dari negara tuan rumah. Tujuannya satu, mencari klub terbaik dunia di tahun tersebut.
Dari 15 edisi Piala Dunia Antarklub, klub asal konfederasi UEFA sangat mendominasi dengan 11 trofi berbanding 4 trofi milik klub konfederasi CONMEBOL.
Real Madrid untuk sementara menjadi pengoleksi trofi terbanyak dengan 4 trofi disusul Barcelona dengan 3 trofi. Dominasi Eropa inilah yang menjadi kontroversi terutama di Amerika Selatan. Perdebatan sengit terjadi karena gengsi turnamen tersebut dirasakan berbeda dan seolah menjadi ajang gengsi klub Eropa saja.
Seperti yang terjadi di tahun 2019 ini, Liverpool begitu difavoritkan dan menjadi berita utamanya. Sementara Flamengo, apakah ada yang rela mengulik beritanya?
Dengan hanya diikuti 7 peserta dan diadakan di akhir tahun, turnamen ini berjalan cukup cepat dengan format yang dirasa tidak adil. Klub asal UEFA dan CONMEBOL otomatis masuk babak semifinal, sementara klub asal OFC (Oseania) harus memulai dari babak play-off dan tak jarang harus langsung angkat koper. Format yang dirasa kurang adil ini membuat turnamen ini menjadi sepi peminatnya.