Setiap ada gelaran akbar Piala Dunia pasti banyak pihak yang latah untuk mengadakan nonton bareng, baik di instansinya, di tempat usahanya atau di mungkin di lapangan tengah kampung. Ada yang mengadakan nobar untuk sekedar kesenangan saja dan ada juga yang mengadakan nobar demi meraup keuntungan bahkan demi kepentingan politis. Nonton bareng sepak bola memang hal yang lazim terjadi tiap ada pertandingan bola yang seru. Seperti Piala Dunia 2018 ini yang cukup seru dan banyak kejutan.
Ada beberapa tempat favorit untuk mengadakan nonton bareng dan mungkin yang paling laku adalah tempat makan atau cafe. Disini penonton bisa menikmati siaran Piala Dunia sambil menikmati menu makanan dan minuman di tempat tersebut. Ya, memang kalau di cafe dan sejenisnya biasa dikenanakn tarif tertentu dan pengunjungnya pasti sudah siap keluar biaya. Ada juga yang mengadakan nobar di lapangan terbuka. Nah, kalau untuk kasus ini ada yang bertarif dan ada yang gratis tergantung siapa penyelenggaranya.
Ada juga yang mengadakannya di kantor atau instansi tempatnya bekerja. Di kampung halaman saya di Purworejo ada salah satu partai yang mengadakan nobar di halaman kantornya. Ya, harap maklum si ini tahun politik jadi sah sah saja mengadakan kegiatan tersebut toh setau saya mereka tidak menarik tarif bagi penontonnya.
Nah, dari uraian di atas semuanya ada kemungkinan bertarif apa daya kami yang mahasiswa dengan keuangan yang serba mepet pasti sulit untuk mengalokasikan dana demi nobar Piala Dunia. Bagaimana solusinya? Ya pastinya nobar di kos-kosan yang ada tv nya, hehe. Masalah muncul ketika kos tidak punya tv atau punya tv tapi tidak dapat sinyal stasiun tv yang menyiarkan Piala Dunia. Biasanya bakalan nonton bareng rame-rame di salah satu kos yang ada tv nya dan tidak ada jam malamnya, ini yang jadi pertimbangan juga.
Tentu dengan segala keterbatasan dan kondisi keadaan kos harus bisa diterima oleh si penikmat. Karena sudah terbiasa hidup hemat dan merana biasanya segala kondisi sulit seperti sempitnya ruang untuk nobar dan tv yang layarnya kecil bukan halangan untuk tetap menikmati pertandingan bola. Intinya adalah yang penting gratis dan asyik karena nontonnya bisa lebih santai dan rame-rame bareng teman seperjuangan.
Masalah berikutnya adalah asupan makanan dan minuman untuk begadang.Bagi anak kos yang cukup punya kantong yang tebal ini bukan masalah tapi bagi anak kos yang super hemat ini jadi masalah. Antara lapar dan haus yang sudah biasa dialami dan asupan gizi yang harus terpenuhi. Solusi yang biasa diakali adalah dengan patungan untuk sekedar beli kopi dan makanan ringan atau gorengan. Tapi untuk beberapa kasus biasanya si pemilik kos yang dengan suka rela menyumbang makanan dan minuman, tapi biasanya dengan sedikit terpaksa si untuk menyumbang karena memang dipaksa hehe.
Tapi sekali lagi intinya adalah keseruan nonton barengnya yang terjadi terlepas dari beberapa dilema dan masalah yang menghambat. Juga, nonton bareng seperti itu bisa menambah eratnya pertemanan walaupun dibumbui dengan bullyan terhadap mereka yang tim jagoannya kalah. Tapi tak apalah itu semua kan tujuannya demi nonton bareng yang seru, asyik, dan hemat.
Nah saya sendiri selalu menyiapkan amunisi untuk nobar di kos, yang paling utama jelas kopi karena pertandingannya disiarkan malam hari sementara paginya harus sudah siap dikampus. Nah, untuk menemaninya saya tambahkan kacang garuda untuk cemilannya. Saran si, kalau mau nobar rame dengan anak kos, cemilan kacang garuda jangan cuma sebungkus, karena pasti habis dalam hitungan menit dijamin anda yang anak kos pasti merugi, maka siapkan lebih dari satu biar aman. Amannya lagi jangan dibagi-bagi nikamtin sendiri saja hehe.
Selamat menonton Piala Dunia 2018 dan jangan nonton bola tanpa kacang garuda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H