Lihat ke Halaman Asli

Irfan SuryaPangestu

Akun asli Irfan Surya Pangestu

Relevankah Relokasi Pedagang Kaki Lima ke Pasar Tradisional?

Diperbarui: 12 Maret 2020   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.jawapos.com/

Masa modern saat ini sanggat sulit untuk mencari pekerjaan yang diinginkan untuk menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, terkadang ada beberapa orang yang mengambil inisial untuk membuka usaha sendiri dengan bermodal yang pas-pasan akan tetapi mempunyai keyakinan yang kuat akan pekerjaan tersebut. Seperti Pedagang kaki lima atau biasa kita sebut pedagang asongan yang berusaha memenuhi kehidupan mereka.

Pedagang kaki lima sendiri biasanya memperjualkan dagangan yang mereka miliki ditempat-tempat yang biasanya orang lain lewati seperti membuka lapang dagang dibahu jalan, menjual daganganya di tempat-tempat umum, dan bahkan ada yang menjualkan dagangan dikendaraan umum. Menjualkan dagangan ditempat yang banyak dilalui orang-orang dimaksud agar dapat menarik pembeli untuk membeli dagangan yang mereka miliki.

Hal tersebut telah menjadi sebuah kebiasan yang ada disekitar kita, bahkan jika itu menggangu aktifitas kegiatan orang lain yang mengunakan fasilitas umum seperti terganggunya pengguna bahu jalan yang digunakan untuk lapak pedagang kaki lima, terganggunya penguna kendaraan umum yang dimasuki oleh pedagang asongan dan bahkan lapak-lapak pedagang kaki lima menganggu pemandangan umum.

Dengan melihat dampak buruk yang diakibatkan oleh kebiasaan pedaganag kaki lima tersebut, pemerintah daerah biasanya membuat kebijakan untuk menertibkan pedagang kaki lima. Namun dengan adanya kebijakan penertiban pedagang kaki lima tersebut menyebabkan pedagang kaki lima merasa terganggu dan bahkan mereka merasa dirugikan atas kebiajakan yang pemerintah buat. Kebijakan pemerintah dan keinginan pedagang kaki lima tersebut telah menyebabkan terjadinya sebuah konflik yang terjadi dalam masyrakat dan hasil dari konflik tersebut merupakan adanya perubahan sosial yang menyebabkan terjadinya kondisi yang berbeda.

Dalam kasus yang terjadi pada pedagang kaki lima merupakan sebuah kondisi yang dapat kita lihat sebagai perubahan sosial. Perubahan sosial sendiri menururt Richard M. Emerson diakibatkan dapat terjadi karena individu atau orang yang mengambil sebuah kesempatan untuk  mendapatkan sebuah manfaat dari peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi dengan tidakan yang sudah diperkirakan dengan rasional. Manusia juga mulai beradabtasi dan terbiasanya dengan kejadian-kejadian yang berulang yang berdampak sebagai pengurangnya manfaat dari pengunaan kegiatan tersebut. Tetapi manusia melalui proses sosial mempunyai manfaat yang dapat mereka berikan dalam pertukaran. (Herman harisandi.2015:157).

Sebagaimana kita liat dari pedagang kaki lima yang mengunakan situasi keramaian tempat umum unutuk dijadikan sebuah tempat usaha mereka. Akan teteapi hal ini mengubah perubahan sosial penguna jalan kaki. Sebagaimana perubahan sosial yang terjadi antara pedagang kaki lima dengan penguna trotoar diakibatkan dari pedagang kaki lima yang membangun lapak daganganya ditrotoar yang tidak sesuai dengan kegunaan trotoar tersebut. Hal ini menjadikan penguna trotoar menjadi mengubah cara pandang mereka dan sikap sosial mereka dikarenakan kejadian tersebut selalu terjadi ditempat-tempat umum lainnya. Akan tetapi kedua perubahan sosial tersebut mepunyai manfaat yang saling bertukaran antara pedagang dengan pejalan kaki, yaitu pedagang dapat menjual daganganya dengan menempatkan lapak mereka di tempat banyak dikunjungi orang-orang dan disisi lain pejalan kaki juga diuntungkan dengan dekatnya sarana untuk membeli barang atau sesuatu yang mereka inginkan.

Akan tetapi didalam kegiatan perubahan sosial tersebut terjadi sebuah konflik yang terjadi antara pedagang kaki lima dengan pemerintah. Konflik yang terjadi pada akibat perubahan sosial penguna terotoar yang bagaimana penguna trotoar terjadi terganggu karena adanya lapak-lapak dagangan para pedagang kaki lima. Hal ini mengakibatkan pemerintah mengambil kebijakan yang dapat merugikan pedagang kaki lima dan terjadi sebuah perbedaan sebuah tujuan. Pedagang kaki lima berharap adanya sebuah tempat yang dapat mereka gunakan untuk menjual daganganya dengan banyaknya pembeli yang melewati lapak daganganya, namun disisi lain pemerintah menginginkan ketertipan diwilayah masyarakat dan ingin trotoat diberfungsikan secara penuh manfaatnya.

Perbedaan tujuan yang terjadi antara pedagang kaki lima dengan pemerintah merupakan makna yang terkandung dalam sebuah konflik sosial. Konflik sosial sendiri berasal dari sebuah bentuk pertanggung jawaban yang terjadi karena adanya persoalan sosial yang terjadi pada lingkungan masyarakat termasuk dalam perubahan sosial yang terjadi antara pedagang kaki lima dengan penguna jalan kaki.

Hal tersebut merupakan pemikiran dari Lewis A Coser yang berasumsi bahwa konflik terjadi karena adanya sebuah perubahan sosial yang terjadi dimasyarkat dan terbangkitnya terori struktural fugsional yang tidak pernah lepas dari pengaruh terori konflik yang menginginkan terciptanya kehidupan yang teratur di dalam masyarakat. (Herman harisandi.2015: 147). Karena hal itu bagaimana adanya perbedaan dalam tujun antara pedagang kaki lima dengan pemerintah.

Sumber: http://www.koran-jakarta.com/

Pemerintah sendiri sebagai struktur fungsional melakukan kewajibanyanya secara teratur dan bertanggung jawab. Hal yang dilakukan pemerintah dalam kegiatannya tersebut bertujuan untuk menertipkan kondisi yang sebenarnya harus dilakukan, seperti mengunakan trotoar sebagaimana semestinya dan juga menertipkan hal lainnya dengan pertanggung jawaban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline