Kolaborasi MMB UGM dan Basarnas: Latihan Evakuasi dan P3K di SDN Umbulharjo untuk Antisipasi Erupsi Merapi
Sleman, 16 Agustus 2024 -- Indonesia dikenal sebagai negara dengan frekuensi bencana alam yang tinggi. Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2024, lebih dari 30% wilayah di Indonesia rawan bencana alam, termasuk gempa bumi, banjir, dan erupsi gunung berapi.
Sleman, yang berada di dekat Gunung Merapi, adalah salah satu wilayah yang secara rutin menghadapi ancaman erupsi. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga sekolah, Program Magister Manajemen Bencana (MMB) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Basarnas DIY menggelar pelatihan evakuasi dan pertolongan pertama di SDN Umbulharjo.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Penguatan Pilar Ketiga Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), diikuti oleh 93 siswa dan 12 guru, dengan dukungan dari Pusat Studi Bencana UGM. SDN Umbulharjo, yang terletak di kawasan rawan bencana Gunung Merapi, telah menjadi fokus dalam program ini mengingat dampak signifikan erupsi pada tahun 2010. Meski berjarak sekitar 14 km dari puncak Merapi, lokasi sekolah yang dekat dengan jalur aliran lahar meningkatkan risiko kerusakan jika terjadi erupsi.
Dr. Retnadi Heru Jatmiko, M.Sc., dosen dari Program MMB UGM, turut mendukung kegiatan ini dengan menjelaskan latar belakang kerjasama antara Basarnas dan MMB melalui program Basarnas Goes to School. "Tujuan utama kami adalah meningkatkan pemahaman siswa dan guru mengenai bencana, terutama bagaimana mereka harus bertindak saat terjadi erupsi. Di tahun 2010, SDN Umbulharjo terdampak cukup parah, jadi kami fokus pada sekolah-sekolah di area rawan untuk mengurangi risiko di masa depan," ujar Dr. Retnadi.
Para mahasiswa MMB UGM seperti Muhamad Irfan Nurdiansyah atau biasa dipanggil cak irfan, Nabilla Auriel Fajarian, dan Akbar Afandi, juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini dengan memasang peta jalur evakuasi di setiap ruangan sekolah serta membantu menyusun struktur organisasi tanggap darurat. Peta evakuasi ini memandu siswa dan guru mengenai rute tercepat menuju titik aman jika erupsi terjadi saat jam sekolah.
Selain materi evakuasi, tim Basarnas juga melatih peserta dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Siswa dan guru dilatih menggunakan peralatan medis sederhana untuk menangani luka-luka ringan saat bencana. "Menangani korban dengan cepat dan tepat adalah kunci dalam mengurangi risiko lebih lanjut. Kami berharap, setelah pelatihan ini, mereka dapat menerapkannya dalam situasi darurat," kata Haris.
Rangkaian kegiatan SPAB di SDN Umbulharjo akan dilanjutkan pada 23 Agustus 2024 dengan simulasi evakuasi massal menuju barak evakuasi di Dusun Brayut, Sleman. Simulasi ini akan menjadi uji coba kesiapan seluruh warga sekolah dalam menghadapi potensi erupsi Merapi. "Kami ingin memastikan, melalui latihan dan simulasi ini, kesiapsiagaan menjadi bagian dari budaya sekolah. Dengan begitu, mereka tidak hanya tahu teori, tetapi siap menjalankannya," tambah Dr. Retnadi.
Menurut data BNPB, 70% dari bencana di Indonesia terjadi di kawasan pendidikan, yang menjadikan edukasi dan pelatihan bencana menjadi sangat penting. Program seperti SPAB ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam memperkuat ketahanan sekolah-sekolah di daerah rawan, sekaligus mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi bencana. Kolaborasi antara Basarnas dan MMB UGM di SDN Umbulharjo diharapkan dapat menjadi model bagi sekolah lain di kawasan rawan bencana di seluruh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H