Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Irfan Fauzi

Jurnalis dan Aktivis Pajak

Puisi | "Ra, Sabda Rinduku Tak Sebercanda Itu"

Diperbarui: 5 Januari 2020   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Sejak ini dipuisikan,
Kau telah menjelma serangkaian aksara
Mengalir deras dalam nadiku
Dalam dekap, memeluk sukmaku yang begitu lirih
 
Jika sekiranya langit hitam dan aurora berhenti menari
maka ketahuilah bahwa aku telah menyatukan serpihan purnama
yang siap menyapa senyum manis di wajahmu
lalu menghilangkan mendung di kedua bola matamu
 
Sekiranya matahari tengah ketiduran
untuk membangunkan bumi beserta para pujangganya
Ketahuilah aku akan membawakan sekotak labirin beraroma mawar
Kemudian ku letakkan di sisi kiri telingamu,
dan memastikan  bahwa parasmu masih menjadi mahkota diantara para bunga
 
Dan sekiranya rintik gerimis jatuh di  penghujung waktu
Kemudian berjeda ketika atap atap langit berwarna merah merona
aku tengah merangkai sebuah kata kata untukmu berteduh
sambil membaca dan menikmati jingga yang tak pernah ingkar dalam tahta setia
 
apabila sekiranya tulisan ini tiba di relung hatimu
lalu kau baca namun kau tak simpan  
sebagai sepotong kenangan kisahmu
ketahuilah setidaknya semesta tak berbohong
bahwa sabda rinduku tak pernah sebercanda itu

Muhammad Irfan Fauzi
Depok, 05 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline