Semesta,
Aku butuh seseorang untuk mendengarkan cerita keluh kesahku
Ketika aku rapuh dengan semua perasaan dan harapan
yang belum sepenuhnya bisa ku sebut itu dengan kata sempurna
Tolong bisikkan di telingaku agar aku rasa sedikit lebih tenang
bahwa hidup memang seperti ini, selalu berjalan ke jalan yang sudah ditentukan
Mungkin akan lebih baik bila aku menjalaninya dengan tersenyum
meskipun menyakitkan dalam batin yang menahan
Terkadang tak dapat dipungkiri segala kisah
Akan bermula kepada siapa
Oleh apa sebab dan akibatnya
Hingga berakhir antara lara atau bahagia
Semesta,
Bukankah jika tentang cinta soal jiwa yang berkata ?
Lalu mengapa ketika kutemui, selalu saja logika yang berbicara diatas tahta
Dan saat ku tanya langit yang selalu menulis aksara pada manusia
Seolah bisu dan buta , tak melihat apa apa
Saat ku ambil pena yang berada di samping bingkai figura
Secara sengaja kembali teringat akan kenangan kita dan arti setiap masa
Kemudian aku duduk diantara kursi kursi
Berjejer rapi serupa anyaman karya pengrajin seni
Aku diam, berpikir pertanyaan itu tak akan bertemu jawab menjadi narasi
Yang diidamkan para kutu buku untuk dibaca sembari
Menikmati secangkir kopi
Menatap senja untuk beranjak pergi
Semesta,
Kali ketiga aku dan dia memanggil dan berdiksi perihalmu
Saat ini , aku dan dia hanya punya kau
untuk sekedar bergurau dan ditemani kau
untuk sekedar mengungkapkan rasa beserta pikiran kacau
dari aku dan dia, kepadamu sang semesta
yang tak pernah merasakan patah
untuk cinta yang tak sedikit pun mengenal lelah dan menyerah
Tetaplah temani aku dan dia, kedua pujangga.
Ttd. 21.06.2019
DMY dan M.I.F