Lihat ke Halaman Asli

Irfan Rusli

Menjunjung Tinggi Kebhinekaan

Sirup Marjan Bukan Sekadar Iklan

Diperbarui: 6 Mei 2020   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Tirto.ID

Sebulan sebelum memasuki Ramadan sirop Marjan telah memperkenalkan iklan dengan mengangkat cerita rakyat Jawa Barat yakni Purbararang. Setiap melihat iklan marjan mulai tahun 2010. Marjan selalu mengangkat kearifan lokal kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Tentu saja kita msih ingat, iklan tahun 2010 seruling dengan nada khas Sunda mengalun merdu menghiasi layar kaca. Tahun berikutnya pun mengangkat seni bela diri asal Indonesia yakni pencak silat. Tak ketinggalan pada tahun 2019 mengangakat kisah timun mas dan raksasa. 

Mereka yang lahir pada akhir 90an akrab dengan kisah ini. Kisah cerita rakyat dulu sangat masyur mengisi layar kaca. Pada masa 2008-2011 televisi swasta ramai mengisi program dengan cerita rakyat. Sempat eksis di Indosiar maupun TPI pada masanya. Perjumpaan cerita rakyat tak berhenti sebatas di layar kaca. 

Melainkan merambah, hingga soal latihan bahasa indonesia menentukan karya intrinsik dan ekstrinsik sebuah cerita rakyat. Belum lagi, cerita rakyat yang sering dijadikan dongeng sebelum tidur. Jadi dapat dipastikan mata dan telinga sangat akrab, dengan cerita yang jika berakhir memuat pesan moral.

Teringatlah salah satu teori komunikasi jarum hipodermik yakni kekuatan pengaruh media terhadap ketidakberdayaan khalayak. Pesan masuk melalui media dan mempengaruhi khalayak.

Penayangan iklan marjan yang masif saat Ramadan. Saat puasa kondisi cairan tubuh berkurang. Dianjurkan ketika berbuka puasa, mendahulukan mengonsumsi makanan atau minuman manis sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang. Manis sangat dekat dengan marjan sebagai produk sirop dengan beraneka rasa buah. Visualisasi warna merah dan hijaunya penanda kesegaran. Pengulangan masif pada iklan membuat marjan memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat.

Wajar saja pelabelan marjan sebagai representasi datangnya bulan suci Ramadan. Hal ini tak berlebihan jika memperhadapkan produk marjan kepada seorang teman imaji yang terlintas seputar Ramadan, kesegaran dan kearifan lokal di setiap edisinya.

Hal yang bisa dipetik dari keberhasilan marjan, dalam mengarungi dunia usaha sarat akan profit dan kompetitor ialah memerlukan konsisitensi promosi dan inovasi di setiap tahunnya. Selain itu, mengambil hal sederhana yang dekat dengan penonton berupa kearifan lokal, sebagai komoditas salah satunya cerita rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline