Lihat ke Halaman Asli

Irfan Rusli

Menjunjung Tinggi Kebhinekaan

Membina Temu dalam Ruang Virtual

Diperbarui: 1 Mei 2020   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maxmanroe.com

Di era globalisasi seperti saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  semakin melangkah maju. Mengubah tata kebiasaan manusia yang hidup pada masa ini. Jika dulu silahturahmi hanya sebatas bertandang ke rumah rekan, sahabat maupun kerabat. Namun seiring berkembangnya teknologi, silahturahmi dapat dilakukan melalui ruang virtual. Lazimnya menggunakan aplikasi beragam mulai dari zoom, whatsapp, facebook hingga line. Pengguna agar dapat terhubung dalam ruang virtual hanya menyediakan aplikasi dan paket internet. Ketika unsur itu terpenuhi kita bebas berselancar tanpa mengenal batas teritorial negara.

Kala rindu membuncah akan temu, whatsapp group (wag) dapat digunakan sebagai mediator akan kekalutan ini.  Segala motif rindu dapat terakomodasi baik silahturahmi rekan kerja, sahabat maupun kerabat. Mulai wag keluarga, alumni sd hingga sma, geng sewaktu sekolah maupun grup kompleks tempat tinggal tak luput dari keberagaman tempat mengobrol, mengeja bait-bait kenangan. Apalagi di tengah pandemi ini, silahturahmi tatap muka secara langsung sangat sukar dilakukan, imbas kebijakan physical distancing. Guna memutus mata rantai penyebaran virus covid19. Silahturahmi melalui whatsapp group dapat dilakukan dalam bentuk audio, visual, hingga audio-visual.

Karakter pun berbeda-beda ketika sedang silahturahmi melalui wag ini, dari yang kalem, aktif hingga perusuh. Mereka yang berkarakter kalem biasanya lebih menyukai obrolan pribadi dibanding obrolan grup. Dengan alasan tidak terbiasa dengan anggota grup lain, jika ingin mengobrol di grup tersebut. Mereka yang aktif mengobrol di sebuah obrolan grup biasanya memiliki obrolan pribadi. Sehingga ketika berada pada kondisi tertentu lebih memprioritaskan obrolan pribadi ketimbang obrolan grup. Keberadaan perusuh mengembalikan fungsi grup sebagai wadah berinteraksi bukan tempat berdiam diri. Kehadiran si perusuh dapat dimaknai ganda sebagai orang 'kosong'atau tidak memiliki teman obrolan. Dan juga murni ingin menyambung tali silahturahmi kepada para anggota grup. Semua kembali pada pilihan kita mau memilih yang mana. Semua pilihan baik jika ditempatkan pada kondisi yang tepat.

Tak dpat dibayangkan jika dalam kondisi pandemi seperti saat ini rindu memuncak namun perkembangan teknologi tak bisa memfasilitasi pertemuan virtual. Apakah harus kembali ke jaman surat-menyurat?. Kegelisahan hati terpahat dalam aksara berbentuk surat akan diterima dalam jangka waktu tiga hingga lima hari. Lenyaplah kita disayat-sayat rindu. Semua terlihat hanya berupa kegelisahan-kegelisahan saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline