Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Bocah-Bocah Berkrayon Hitam

Diperbarui: 9 Oktober 2024   06:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber gambar Pixabay.com/alanajordan

Bocah-Bocah Berkrayon Hitam 

(Oleh: Irfan HT)

Pisau tertancap di jantung
Menembus dada
Lama bersemayam
Hingga luka merindu pedih
Darah berangsur pucat
Lupa makna sakit
Riang pun lelah dikerudungi malu

Sekian kali
Sepuluh pisau
Bergagang emas
Bermata karat
Berjejer di tubuh
Bocah-bocah berkrayon hitam

Predator menjelma budiman
Mengumpet di bilik rumah, sekolah dan pesantren
Meniup kapur tulis di gagang pisau
Mengincar lugu
Bocah-bocah berkrayon hitam

Adab turut membekap mulut
Mencekik leher hingga tak bersuara
Gema enggan melenggang
Angin sesak bernapas sengal

Coretan meluapkan marah pada dinding
Berteriak dalam bisu
Rengek tangan-tangan kecil tak diacuh
Tuan-tuan berlumur nafsu

Bangku menyapa meja
Meja mengadu pada jam dinding
Jam dinding mendetakkan waktu
Sabar menanti bangunan bercat putih
Berubah hitam
Di tangan bocah-bocah berkrayon
Dengan jantung berjejeran pisau-pisau
Bergagang emas

Harap bangku dan meja berwatak kayu
Membanting wajah setan berkopiah
Membuang hitam
Dengan krayon putih bukan kapur tulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline