Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Mawar untuk Rumah di Langit

Diperbarui: 11 Juni 2024   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Setangkai mawar. (Sumber: Pixabay/Md Arifur Rahman)

Tuan pernah bertandang
Mengulur tangan penuh tatap
Mengetuk pintu gubuk kami di samping rel
Menaruh sepucuk mawar di lintasan kereta
Lidah tuan membisik, "Ini bunga masa depan"
Bunga zinnia di halaman terusik aroma tajam
Lama nian pot tersiram impian
Retak terinjak tuan punya tapak

Tuan bermimpi membangun rumah di atas awan
Jiwa kami ikut terseret
Mengangkut karung berisi batu bata bercampur nestapa
Menuju langit abu-abu

Pulang ke gubuk sebelum fajar
Tidur tak nyenyak
Bukan karena selembar tikar dan suara kereta
Tapi badai mengguncang awan
Risau batu bata jatuh dari langit
Menimpa yang terlelap

Tuan di mana?
Tidurlah di samping kami
Di balik potongan kardus dan papan tua
Sehari saja
Besok kita berangkat sama-sama
Ke langit lagi
Menyambung kerja

Puisi. Sumber gambar Getty Images Deutschland GmbH on Pixabay.com

Ah, tuan lebih gemar di atas awan
Menikmati deru petir
Bersenda gurau dengan angin
Lantas kami bertanya
Maksud apa tuan beri bunga

Mawar meniup wangi terakhir
Sebelum digilas roda
Mujur nasib tunas zinnia kembali
Menemani lara jiwa

(Sumbawa, 10 Juni 2024)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline