Lihat ke Halaman Asli

Mata Anakku Bukan untuk Status KKNmu: Dendam Sang Kukang

Diperbarui: 18 Mei 2024   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Paduan Pixabay.com dan Canva.com

"Kumpul, ayo kumpul semuanya!"

Suara keras seorang wanita menggelegar di sunyi malam. Dengan bertolak pinggang, sosok berjaket parasut hitam itu memanggil semua mahasiswa yang masih terlelap di dalam rumah panggung.

Semua sudah paham kalau Wina berteriak berarti ada yang tidak beres. Saat menuruni anak tangga, Rino masih menguap dan mengucek matanya. Celsi menyusul dengan rambut acak dengan menutup bagian tubuhnya dengan selimut menuju halaman rumah.

Dua teman mereka yang lain, Ratno dan Silvi, masih dalam kondisi sakit dan berada di dalam rumah panggung.

"Dengar semuanya," ujar Wina si ketua kelompok.

"Kenapa gak besok pagi sih, Win? Orang-orang masih pada ngantuk, neh?" celetuk Celsi.

"Dengerin semua! Kita harus berkemas malam ini juga," lanjutnya.

"Hah!?"

Rino dan Celsi terperangah, rasa kantuk pun hilang sekejap.

"Warga minta kita keluar dari desa besok pagi. Mereka tidak suka kita tinggal di desa ini lagi,"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline