Lihat ke Halaman Asli

Menyorot Multitafsir Ceramah Ustadz Adi Hidayat dari Sudut Pandang Linguistik

Diperbarui: 8 Mei 2024   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar Pinterest.com

Jika ada seorang anak yang memukul-mukul bagian tengah dinding rumah dari bata dengan benda tumpul, apakah kosakata yang tepat untuk merepresentasikan makna bekas pukulan di dinding itu? 

Beragam kosakata yang mirip dapat menjadi pilihan. Ada yang mengatakan 'lubang' padahal bekasnya tidak dalam. Ada yang mengatakan 'rompes' tapi pada tepiannya. Memakai kata 'serpih' pun bisa tapi sayangnya dalam bentuk kepingan.

Bisa dibayangkan ratusan atau ribuan tahun yang lalu, kata lubang, rompes dan serpih sudah dipakai untuk merujuk pada objek bekas pukulan di dinding bagian tengah tadi. Karena belum adanya kosakata yang sesuai dengan objek tujuan , kata-kata alternatif itupun dipakai pada saat ini walau dengan cara approximation demi tujuan penyampaian pesan

Adanya properti semantik yaitu [+ cacat] dan [+ berbekas]  menjadikan kosakata alternatif tersebut dapat digunakan untuk merujuk pada objek target. Hanya properti semantik [- dalam]lah yang membuat ketiga kosakata itu tidak sama dalam hal sense of meaning.

Dengan kata lain, manis gula itu bergradasi. Ada tingkatan membedakan manis yang satu dengan yang lain. Dalam kaitan makna inilah yang dikatakan dengan sense. Perbedaan properti semantik akan menyebabkan rasa dalam makna itu juga berbeda walaupun mirip.

Baru-baru ini sebagian ulama menganggap bermasalah pernyataan Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang menyebutkan kata penyair sama dengan pemusik. UAH mendefinisikan musik merupakan suara yang memiliki irama. 

Konsep yang ingin disampaikan dalam ucapannya adalah bukan pada penghalalan musik. Beliau menjabarkan kontekstual yang terjadi pada zaman dimana musik itu dikreasikan.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kata musik bisa jadi merupakan alternatif kosakata karena tidak ada padanan yang sesuai dengan kosakata bahasa Indonesia sehingga sense of meaningnya bisa berbeda.

Diakuinya juga dalam video klarifikasi bahwa tidak ada kata musik dalam bahasa arab. Terjemahan pada musik mengambil padanan kata bahasa Indonesia. Hal ini mungkin menjadi pemicu multitafsir. 

Jika diterjemahkan objek yang serupa dengan musik di zaman nabi dan sahabat ketika hidup, tidaklah sama dalam  bahasa Indonesia. Definisi musik menurut kosakata Indonesia mungkin berbeda dengan musik yang dikondisikan pada zaman itu. Masyarakat pun bisa keliru menanggapinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline