"I-ni Bu-di."
"I-ni Ba-pak Bu-di."
"I-ni I-bu Bu-di."
Terdengar beriringan suara murid-murid berseragam merah putih di dalam ruang kelas berdinding kayu. Salah satunya berada di depan. Dia menggenggam kayu penggaris panjang dan menunjuk tiap kata yang telah ditulis ulang oleh guru dari buku. Murid yang lain mengikuti sampai selesai.
"Bu guru, Budi itu siapa?" tanyaku.
Guru wanita separoh baya itu sontak kaget kemudian menyuruh murid lain diam karena tertawa akan pertanyaanku.
"Diam semua, ayo ikuti!" kata beliau sambil menggeprak meja.
Orang-orang di dalam kelas menganggap pertanyaanku itu candaan padahal tidak. Aku ingin tahu kenapa harus Budi yang dibicarakan. Siapa Budi itu sebenarnya. Aku pun penasaran.
Aku belajar membaca tapi tidak tahu apa yang kubaca. Tak ada yang bisa memberiku jawaban memuaskan.
"Sudah ndak usah nanya macam-macam, yang penting kamu bisa baca dulu," kata guru setiap aku bertanya hal itu.