Lihat ke Halaman Asli

Ambillah Hikmah dimanapun

Diperbarui: 20 September 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu nasehat bagi diri dan kawan-kawan

tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu memori ketika masih SMA.
mengenai kisah yang disampaikan oleh seorang kawan yang (dalam istilah Rumi) telah bertemu kekasih abadi, Damar Romadhoni rahimahullah

beliau adalah mentor salah satu kelompok ketika kelas 2 SMA. ketika itu sehabis jum'atan di masjid al-Uswah beliau mengawali nasehat untuk adik-adiknya dengan suatu cerita anekdot singkat. saya selalu senang mendengarkan teman-teman karib bercerita mengenai apapun.
"Suatu hari ada sepasang calon pengantin yang sedang melangsungkan pernikahan. Di tengah kebahagiaannya dengan tamu dan banyaknya ucapan selamat melalui bunga dengan kata-kata, "Selamat menempuh hidup baru" ada karangan bunga dengan tulisan yang berbeda dibandingkan yang lain, isinya adalah kalimat "Turut berduka cita." Rasanya ada kemarahan spontan yang timbul dari kedua calon mempelai ini.
Namun kemudian salah seorang diantaranya mengatakan, "Kita tak perlu marah. Ada hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa ini. Kalau dipikir-pikir kesalahan kirim seperti ini lebih ringan akibatnya bagi perasaan dibandingkan dengan kata-kata ditempat lain, "Selamat menempuh hidup baru." "Namun kata-kata ini berada di acara pemakaman seseorang."
Kemudian beliau melanjutkan dengan pelajaraan apa yang dapat dipetik dari cerita itu...

Itu adalah salah satu nasehat yang saya ingat dari beliau. Sederhana sekali. Namun sepertinya lita mungkin perlu belajar dari kisah itu. Nasehat di zaman dengan banyak hujatan disana-sini.

"Janganlah kebencianmu kepada suatu kaum, menghalangimu dari berbuat adil." Begitu al-Qur'an mengajarkan. Ketika membuka tafsir al Jalalayn, dijelaskan bahwa berlaku adillah terhadap kawan maupun lawan: "O you who believe, be upright before God, in [fulfilling] what is His due, witnesses in equity, in justice. Let not hatred of a people, namely, the disbelievers, cause you not to be just, and to harm them on account of their enmity; be just, towards both friend and foe, that, justice, is nearer to God-fearing. And fear God; surely God is aware of what you do, and will requite you for it."
Rasulullah juga mengajarkan untuk tidak mencela seorang pendosa. Bencilah perbuatan dosanya, namun kasihanilah pelakunya. Seorang pendosa adalah seorang yang sedang sakit. Maka bukan orang yang sakit yang kita benci, namun penyakitnya. Kemudian dari situ, kita berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya dengan menemui dokter dan tak lupa mendoakannya. Seperti nasehat Mufti Muhammad Taqi Usmani berikut ini:

"The Messenger of Allah (Allah bless him and give him peace) said: “That person who taunts and ridicules his Muslim brother over a sin from which he has repented, will not die until he himself commits that same sin.” For example, you come to know that a certain person committed or was involved in a particular sin and you also know that this person has repented from it. To think low of him or to taunt or ridicule him because of that sin, by saying something like: “You are the one who was involved in certain evil actions”, is in itself a sin.
Through repentance a person has corrected his relationship with Allah Most High. Through repentance not only has the sin been forgiven, it has also been erased from his book of deeds! Allah Most High has erased it from his book of deeds but you, because of that sin, are thinking low of him and treating him with contempt. You are taunting and ridiculing him. This action is extremely despised by Allah Most High."

Maka introspeksilah diri sendiri dan hindarilah mencela orang lain yang justru memunculkan kesombongan dan kebanggaan...
Carilah hikmah dimanapun dan pada siapapun smile emoticon

 

 h




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline