Lihat ke Halaman Asli

Mari Bersyukur, Bukan Mengukur

Diperbarui: 23 Desember 2017   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto.Dok.Pri : Jalan Selatan Jawa

TUHAN pasti dalam setiap detail kehidupan kita, memberikan limpahan rahmat dan karunianya. Sehat, rezeki, kehidupan, kasih sayang, benci, sedih, bahagia, keberuntungan dan kemalangan, merupakan bagian dari rahmat dan karunianya. Namun sayangnya kita kadang lupa untuk bersyukur. Baik itu hal baik dan hal buruk tetap harus kita syukuri. Hal baik kita harus sadari adalah cara Tuhan mengkomunikasikan tentang kerendahan hati. Sedang hal buruk adalah cara Tuhan mengkomunikasikan tentang keteguhan hati.

Lupa syukur dapat membuat pandangan kita berkabut. Penilaian kita tak jernih. Serta hati kita tidak peka. Hal-hal baik yang ada di sekeliling hidup kita tidak akan terlihat baik atau indah. Namun anehnya hal-hal buruk jauh didepan mata malah terlihat baik dan indah. Padahal hal baik disekitar kita itu sudah susah payah di PERJUANGKAN dan DIBANGUN. Nilai dari perjalanan panjang seperti terabaikan begitu saja. Hilang dengan cepat oleh kabut fatamorgana kebaikan nan jauh dilubuk angan.

Lupa syukur dimulai dari melihat kekurangan yang ada, kepemilikan yang ada, keluhan yang ada, apatis yang ada, serta bisa juga karena upaya menegakan gengsi diri yang ada saat ini. Pencapaian kecil dari suatu rencana dianggap kegagalan dari kerja yang tidak maksimal. Padahal pencapaian kecil adalah urutan anak tangga dari keberhasilan itu sendiri. Banyak peristiwa dalam kehidupan yang berakhir ke penyesalan karena lupa bersyukur atas capaian kecil ini. Semua harus serba maksimal dan instant.

Lupa syukur juga banyak mengakhiri sebuah hubungan yang mutual antar manusia. Paradoksal dari kebutuhan eksistensi diri dan rasa syukur diri. Seolah-olah diri ambigu dalam menentukan sikap. Memilih bersyukur atau hanya melihat kekurangan saja. Pada saat itulah kita akan membanding-bandingkan apa yang kita punya dengan apa yang kita tidak punya. Atau apa yang lebih di sana dengan apa yang kurang disini. Misalnya bisa kita lihat dalam keseharian kita, Hubungan bisnis bisa rusak karena soal kekurangan keuntungan. Hubungan sahabat bisa bertengkar karena hanya melihat kekurangan yang ada didalam diri sahabat. Hubungan pasangan bisa terpisah hanya karena melihat kekurangan antar pasangan saja. Semua itu terjadi karena kita lupa menginventarisir kelebihan-kelebihan serta capaian kecil dalam hidup kita.

Lupa syukur itu adalah pilihan. Pilihan atas keberpihakan kita terhadap kenikmatan menapaki perjalanan hidup. Langkah demi langkah kehidupan kita tapaki dengan perlahan. Tak perlu terburu-buru. Pahit dan manis kehidupan akan terasa nikmat bila diresapi perlahan. Dengan perlahan kita akan  mampu mengecap rasa dengan kesan. Rasa yang berkesan dapat meninggalkan jejak nikmat yang akan bertahan lama untuk kita syukuri.

Mari sahabat mulai dari sekarang kita jangan LUPA BERSYUKUR. Bukan MENGUKUR. Bersyukur akan mendorong kita menikmati hidup. Mengukur akan mendorong kita selalu resah dan gelisah dalam hidup.

Selamat menikmati #SubuhMeresap

------------------

Sudut Bekasi 251117-0515




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline