Lihat ke Halaman Asli

Bikers: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau saya jadi Presiden pasti para Bikers akan saya berikan predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Kriteria Pahlawan Tanpa Tanda Jasa itu menurut saya, ketika ada perseorangan, kelompok, profesi atau lainnya yang banyak berjasa kepada banyak orang tanpa pamrih. Contohnya adalah Guru. Bikers mungkin ga sadar tentang posisi mereka itu yang sangat berjasa seperti Guru. Hampir di berbagai sendi penghidupan bikers berjasa. Tren satu motor satu orang membuat sepeda motor menjadi gaya hidup bertransportasi. Dugaan saya populasi sepeda motor di Indonesia hampir melingkupi dari kurang lebih 50% jumlah penduduk negeri kita. Sementara Data resmi dari Kepolisian : 60juta sepeda motor yang resmi terdaftar. Berarti yang tidak resmi banyak yang tidak terpantau. Masyarakat pedesaan agak enggan mengurus jika umur STNK sudah lewat batas. Jadi satu sepeda motor satu orang, merupakan hal yang sudah lumrah. Terlebih dengan DP murah, motor idaman mudah didapat.

Kenapa banyak orang sekarang keranjingan bersepeda motor??? Banyak pilihan jawabannya. Mungkin sebagian akan menjawab jika bersepeda motor lebih mudah menjangkau banyak tempat. Irit di kantong. Mudah blusukan. Selap selip. Tanpa harus "sauna masal" kalau naik kendaraan umum. Atau bergoyang berjamaah kalau kendaraan umum mengerem mendadak. Terlebih kalau naik motor dapat menikmati AC, Angin Cepoy cepoy gratis. Sebagian lagi ada yang menganggap motor juga merupakan sarana penentu status sosial dan mencari pergaulan. Lihat saja saat ini banyak bertumbuh klub/Gank sepeda motor. Mulai dari yang namanya gagah perkasa, seram sampai imut. Semua gandrung berkomunitas. Agenda traveling, paling favorit dan dinanti setiap anggotanya.

Berombongan dengan berbagai atribut mereka menuju tempat yang lumayan jauh dari titik start. Coba saja cek di seputar Puncak, Bogor mulai hari Jumat sampai Minggu. Berbagai type motor mulai dari kelas Underground (Vespa Ceper Khusus anak Punk), bebek, sport, Moge sampai Ngarley Ngadpison, mengular wara wiri turun naik bergantian. Semua minta privacy di jalan yang dilalui. Jika pengendara non motor menghalangi atau protes, siap siap di hujat. Keasikan ini bisa dinikmati bagi muda mudi, orang berumur, keluarga sampai kakek nenek.

Selain itu dalam keseharian, motor juga banyak berfungsi membantu si empunya. Mau pergi bekerja pakai motor. Mau antar barang pakai motor. Beli sesuatu di warung pakai motor. Antar anak sekolah pakai motor. Pacaran pakai motor. Pulang kampung pakai motor. Sampai-sampai mau "lari dari kenyataan sejenak" atau hilangin pusing, muter muter kampung pakai motor.

Mudah, cepat, praktis dan ga bikin pegal kaki. Manusia sekarang kakinya sangat dimanjakan. Fungsi kaki sebagai penegak tubuh ketika berdiri dan sebagai penggerak langkah, semakin sedikit jangkauannya. Tubuh karena sedikit bergerak, akhirnya jarang berkeringat. Tidak heran sekarang banyak orang terserang "perut gendut massal".

Bikers banyak menanam jasa. Baik langsung atau tidak langsung. Awal membeli kendaraan, bikers sudah membantu menafkahi ribuan sales sepeda motor. Uang yang masuk kemudian menghidupi showroom sepeda motor. Pemilik showroom dapat menghidupi karyawan dengan keuntungan yang ada. Showroom juga menyetor hasil penjualan kepada produsen sepeda motor. Dari hasil setoran para showroom, produsen dapat menghidupi ribuan karyawan mereka. Belum sub produsen produk mereka. Sub produsen tersebut tentu juga memiliki karyawan yang juga kebagian rezeki dari para bikers.

Hebatnya bikers juga menghidupi sebagian penduduk negara lain. Bayangkan hasil penjualan yang mereka dapati di Indonesia selama puluhan tahun, mereka bawa ke negara mereka masing-masing. Berbagai merk sepeda motor di Indonesia hampir semuanya merupakan milik negara lain. Ini bukan bentuk penjajahan model baru loh. Tapi ini cara atau metode orang Indonesia dalam beramal. Kita yang beli, kita yang beresiko dan mereka yang menikmati. Hebat bukan para bikers Indonesia.

Tadi baru jasa dari hulu ke hilir dari proses produksi, distribusi sampai penjualan yang diberikan para bikers. Masih ada jasa lain diluar hal yang disebutkan diatas tadi. Bikers juga menghidupi para pembuat jaket. Bikers sangat memerlukan jaket untuk menolak angin. Jikalau angin terlanjur masuk, bikers akhirnya menghidupi para produsen obat dan ramuan herbal penolak angin. Wes ewes bablas angin dan flunya. Makanya orang pintar akhirnya juga ikut minum.

Jika obat atau ramuan herbal tidak mempan, bikers butuh obat oles atau minyak gosok. Buat sekedar penghangat untuk mengeluarkan angin atau kerokan. Produsen obat oles atau minyak gosok sedikit banyak juga terhidupi oleh bikers. Saya punya keyakinan karena tiap hari bermotor, para bikers rawan masuk angin.

Bicara keamanan para bikers butuh tools tambahan. Kepala yang merupakan bagian tubuh vital, bikers butuh helm. Produsen helm, karyawannya dan pengecer helm pinggir jalan juga kebagian berkah para bikers. Kemudian produsen beserta karyawan sarung tangan, jas hujan, sepatu bikers, pelindung dada dan produsen aksesoris sepeda motor turut menikmati rejeki. Belum lagi bengkel motor resmi dari masing-masing brand atau bengkel tidak resmi juga diperhatikan oleh para bikers yang budiman.

Bahkan yang tidak terkait dengan bikers juga kecipratan rejeki. Seperti tukang parkir, tukang tambal ban, warung pinggir jalan beserta tempat cuci motor. Sekarang malah banyak muncul ide kreatif terkait bikers. Mulai dari tempat penitipan motor, modifikasi, menebar paku dijalan, sampai adu cepat dan strategi antara cara melindungi motor dengan mencuri motor. Ckckckckck bikers benar benar pahlawan bagi banyak orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline