Terkadang melihat gairah anak muda millennial saat ini sungguh membuat para orang tua berhati-hati dan tetap wasapada. Mereka menjalin sebuah hubungan dengan pasangannya banyak yang tidak terlihat bahkan di luar pantauan orang tua. Hal ini sungguh sangat membahayakan bagi tumbuh kembang serta pemikiran yang membuat mereka lebih egois untuk di dengarkan.
Para orang tua sungguh berada pada posisi dilemma yang sangat memprihatinkan, ketika anak-anak sudah beranjak dewasa maka para orang tua akan memberikan kepercayaan dan kebebasan dalam memilih tujuan hidup mereka. Tapi banyak pula para orang tua selalu menjaga dan melindungi anak-anaknya agar tidak terlibat kepada pergaulan bebas.
Saat ini istilah Toxic dalam menjalin sebuah hubungan dalam berpacaran atau saling mengenal antara satu dengan yang lainnya, acap kali terjadi dan malah banyak yang telah menjadi korban didalamnya. Menurut Psikolog UGM R. A. Yayi Suryo Prabandari mengatakan bahwa Toxic Relationship merupakan relationship abuse. Dimana hubungan yang disalahgunakan dan menimbulkan akibat yang kurang menyenangkan secara emosional, social, fisik dan seksual. Hubungan seperti ini harus dihindari karena berisiko merugikan pihak yang terlibat.
"hubungan beracun kadang tidak disadari baik dalam berteman, berelasi, (bila telah berjalan) dan berpacaran yang tidak sehat. Jadi, hubungan beracun tidak hanya untuk suami istri dan berpacaran. Hubungan ini hanya menguntungkan satu pihak, merugikan diri sendiri dan bisa merugikan orang lain (kalau kita sebagai pelaku)," ujar Yayi yang dilansir dari laman UGM.
Korban Toxic Relationship selalu meningkat setiap tahunnya
Kita selalu mendengarkan banyak para korban dari sebuah hubungan relationship yang bermasalah dengan pasangannya dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Wajar jika korban dari Toxic Relationship terus meningkat dan bertambah setiap harinya. Para korban harus berani dalam mengungkapkan kebenaran fakta bahwa mereka sudah menjadi korban dan harus di ust secara tuntas.
Namun, sudah banyaknya para korban yang melaporkan selalu tidak memberikan efek jera kepada para pelakunya yang masih melakukan aksinya dari satu pasangan ke pasangan yang lainnya. Hal ini sangat disayangkan dan membuat kita kecewa dan khawatir bagaimana kemajuan fisik dan mental dari anak-anak bangsa saat ini.
Jika kalian sudah tau bahwa dalam menjalin sebuah hubungan itu terasa tidak baik-baik saja seperti normalnya. Kalian harus berhenti dan tidak lagi menerskan dalam menjalani hubungan yang tidak baik, karena nantinya akan merugikan dari salah satu pasangannya. Hal ini terjadi kalian tidak perlu lagi untuk mempertahankannya.
Bijaklah dalam melakukan sebuah tindakan yang berguna dan baik untuk kita dan orang-orang yang ada disekitar kita. Setiap hal yang kita lakukan selalu ada sebab-akibat dari apa yang telah kita perbuat. Semua keputusan yang telah kita ambil pun harus bisa kita pertanggung jawabkan dan berani dalam menerima segala resikonya.
Mengenal perilaku Toxic Relationship dalam kegiatan sehari-hari
- Komunikasi yang tidak baik
Dalam menjalin sebuah hubungan berpacaran atau sudah menjadi pasangan suami istri, komunikasai adalah jembatan dalam membangun hubungan baik agar relation yang kita bina dapat berjalan dengan baik. Terkadang sedikit missed communication bisa membuat seseorang menjadi berubah dan bisa membuat orang tersebut tidak percaya lagi dengan apa yang kita sampaikan lagi.
- Over protective
Sikap yang suka mengatur salah satu pasangan juga termasuk dengan Toxic Relationship. Sikap ini lebih di sebut dengan overprotektif, sikap mengatur yang berlebihan membuat pasangan merasa tidak nyaman dan tidak bisa memeprtahankan jati dirinya sebagaimana mestinya. Jika tindakan ini dilakukan secara terus menerus bisa berakibat pada pengekangan kepada salah satu pasangan dan tidak baik dalam melanjutkannya ke jalur selanjutnya.
- Tidak saling menghargai dan menghormati